Jumat, 28 Agustus 2009

PD Yeremia 22 Agustus 2009


PD Yeremia 22 Agustus 2009 di rumah Lucy Bungawan

Jam 15.15 saya dan istri melaju meninggalkan kota Serang lewat pintu tol serang barat untuk hadir dalam acara persekutuan doa dengan beberapa saudara seiman di rumah Lucy Bungawan daerah Cipete Cilandak.

Entah sampai kapan jalan tol Jakarta-Merak selesai diperbaiki, mungkin ini dilakukan untuk mengejar waktu mengingatkan rencana kenaikan tariff tol pada bulan September 2009. Memasuki daerah Balaraja perbaikan jalan semakin panjang lagi dan ini membuat laju kendaraan semakin lambat bahkan macet, karena jalur yang ada semakin berkurang menjadi satu jalur akibat ada 2 mobil truk tronton yang mengalami masalah. Jadilah kami harus bersabar ditengah kemacetan menjelang pintu tol cikupa.

Saya kurang suka untuk datang terlambat, tetapi saat itu tidak bisa berkata lain kecuali menerima kenyataan bahwa jalan tol betul-betul menjengkelkan. Menurut saya pelayanan jalan tol Jakarta-Merak masih jauh dari memuaskan.

Akhirnya sekitar jam 16.10 kami tiba juga di pintu tol cikupa, setelah itu baru jalan sangat lengang sehingga dapat melaju lebih cepat hingga keluar di pintu Kebun Nanas. Terus melaju dengan cepat ke arah tol Serpong dan sambil bercerita tentang tempat-tempat yang kami lalui akhirnya kami tiba di rumah Lucy sekitar jam 17.00 lebih 10 menit.

Ferry, Riana, Andre, Nathan (anaknya Andre), Diana (ada didalam) sudah hadir dan tentu saja Lucy sebagai tuan rumah. Saya tidak melihat tikar atau karpet yang di gelar ditempat itu tetapi justru kursi-kursi yang telah ditata rapi, padahal sebelum acara ini Lucy sudah ‘woro-woro’ untuk membawa tikar ataupun karpet dari rumah masing-masing. “Gak perlu tikarnya sebab jumlah hadir tidak terlalu banyak jadi pakai kursi aja’ demikian katanya.

Sebenarnya perut sudah memperlihatkan tanda-tanda pemberontakan karena lapar, tetapi karena kami pikir waktu sudah tidak bisa dikompromikan akhirnya kami berdua membatalkan rencana untuk makan di rumah makan. Kalau saja kami tahu bahwa masih banyak yang belum datang tentu kami tidak perlu harus makan malam di jam 21.30 di dekat Superindo Pamulang. Tetapi tidak apa-apa dirumah Lucy kami bisa mengganjal perut kami dengan kue dan risol buatan tante Bungawan.

Setelah beberapa waktu datanglah Yudi, disusul oma Ellen kemudian Atta juga datang, waktu Atta datang yang dicari pertama kali adalah sang suami Yudi. ‘Bukannya nyari tuan rumah atau yang lain masih aja suami dulu yang pertama di cari’ demikian canda kami.

Menanti kawan-kawan yang lain kami berbincang-bincang, karena waktu terus berjalan menuju waktu buka puasa, Ferry pun berkata ‘Nanti kalau ada yang datang kita langsung serempak nyanyi Bapa terima kasih, supaya mereka pikir sudah selesai kebaktian’ dan kami pun tertawa menyetujui.
Tetapi rencana itu kami batalkan karena yang datang kemudian adalah Yonan, istri dan kedua anaknya. ‘Ngak usah, ngak enak dibecandain masalahnya Yonan datang sekeluarga masa dibecandain’ demikian kata Ferry. Setelah itu datanglah penjaja villa dipuncak yang kami sewa untuk memainkan gitar yaitu Bambang Samuel. Dia datang dengan seragam khas penjaja villa minus senter.

Kebaktian

Semula Ferry yang akan memimpin ibadah sebagai MC tapi dia mengalihkan tugas itu kepada saya, ternyata pemain musik kita tidak terlalu mengikuti perkembangan musik yang banyak dinyanyikan di gereja-gereja Bethel-Pantekosta, sehingga harus menyesuaikan diri terlebih dahulu, tapi berkat kepiawaiannya tidak diperlukan waktu lama sehingga kebaktian bisa segera dimulai.

Lagu pujian dinaikkan, suka cita terpancar di wajah setiap kami dan sungguh Allah hadir di tengah-tengah kami. Satu lagu yang berkesan pada waktu saya pertama kali bergabung dengan PD Yeremia sekitar tahun 1985 adalah ‘Ku tahu Roh Allah ada disini’ menjadi lagu yang tak dilewatkan untuk dinyanyikan. Setelah menaikkan beberapa lagu pujian tiba saatnya Firman Tuhan diperdengarkan melalui hambaNya Pdt. Andre Koetin.

Bapak pendeta ini membacakan ayat dari Lukas 2 :52 “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dab besar-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia”.

Intinya sebagai berikut : Setelah beberapa lamanya kita tidak bertemu lagi tentu ada banyak perubahan pada tiap kita masing-masing. Usia bertambah, jumlah keluarga bertambah, berat badan bertambah atau mungkin deposito dan harta bertambah. Tetapi adalah hal yang lebih penting bagi kita semua anak-anak Tuhan untuk bertambah hikmat di dalam Tuhan, bertambah bijaksana, bertambah mencintai Firman Tuhan, bertambah waktu dalam berdoa dan bertambah peran dalam pelayanan.

Adakah hal itu menjadi sebuah perwujudan nyata sebagaimana Kristus yang bukan saja bertambah besar dalam fisik akan tetapi bertambah hikmat dalam Allah dan bertambah besar di dalam Tuhan. Sebagaimana lagu lama yang berbunyi ‘Dia harus semakin bertambah ku harus semakin berkurang….’

Bagaimana dengan waktu teduh kita ? sebagai bentuk nyata kerendahan hati kita dihadapan Allah kita akan selalu mencari wajah Tuhan dan kehendakNya setiap hari lewat doa dan Firman Tuhan, karena kita menyadari tanpa Dia kita tidak bisa apa-apa.

Bapak pendeta ini juga mengatakan bahwa kerinduan dia untuk lebih banyak lagi memperkenalkan Kristus kepada orang lain terdorong oleh amanat agung Tuhan Yesus. Waktu kita masih sama-sama bernaung di dalam PD Yeremia kita selalu punya pandangan ‘Jangan seorangpun memandang kita rendah karena kita muda, tetapi jadilah teladan bagi orang-orang percaya’. Kalau dulu waktu kita muda saja kita harus jadi teladan apalagi sekarang kita sudah bertambah usia, bertambah tua tentu keteladanan kita harus semakin berbobot. Jadi mari semua saudara-saudara dalam Tuhan seiring bertambahnya usia kita bertambah juga iman kita dalam Tuhan. Amin.

Acara dilanjutkan dengan sharing masing-masing pelayanan, di mulai dari saya sendiri. Saya megutarakan permintaan maaf kalau saya berperan besar dalam bubarnya PD Yeremia karena di masa kepengurusan sayalah PD Yeremia fakum dan bubar. Hal ini saya akui karena keteledoran dan keegoisan pribadi, kenyataan ini sempat menjadi penyebab keragu-raguan untuk mengkoordinir sebuah persekutuan pekerja di pabrik dimana saya bekerja sejak April 1995 di Serang yang mempunyai pekerja kurang lebih 40.000 dengan kira-kira 1000 pekerja beragama Kristen. Selain itu oleh karena anugerahNya saat ini juga terlibat pelayanan di GBI Eliezar Serang sebagai komisi pemuridan.

Ferry Simanjuntak, siapa yang tidak kenal pria ini, semua yang pernah mengenal PD Yeremia pasti mengenal dia, karena dia adalah sesepuh generasi ke generasi. Sesuai dengan latar belakang dan dunianya, saat ini dia tetap berkecimpung di dunia pendidikan Kristen salah satunya di STT IMAN jl. Wijaya dekat GSRI. Selain itu diapun aktif pelayanan di PGI propinsi DKI Jakarta, jadi kalau ada gereja di DKI yang akan mendirikan gedung gereja dia akan ikut sibuk membantu proses perijinannya.

Sebenarnya dia sudah diminta untuk menjadi Pendeta tetapi berhubung masih aktif di politik di belum bisa menyanggupinya. Mengenai politik, jangan apriori dulu, menurutnya politik adalah salah satu alat perjuangan. Di DPR kita bisa memperjuangkan rencanca anggaran dan rencana UU bagi kepentingan gereja. Ferry mengucap syukur sekalipun dia berasal dari sinode dan gereja yang tidak begitu besar tapi Tuhan memepercayakan dirinya untuk berkontribusi di PGI DKI.

Andre Kotien akhirnya terpanggil untuk menjadi pendeta sekalipun tidak mudah baginya untuk menjawab panggilan itu, sebelumnya dia merintis persekutuan di rumahnya dibantu oleh teman hidupnya di Pondok Pucung, ada persekutuan ibu-ibu, persekutuan remaja. Pelayanan-pelayanan yang Tuhan percayakan kepadanya semakin menambah kerinduannya untuk lebih banyak lagi menjangkau jiwa-jiwa terutama yang ada di luar tembok gereja. Di samping itu keterlibatannya dalam pelayanan antar wilayah dan budaya seperti Timika mengharuskan dirinya untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya di sebuah perusahaan sekuler. Sebuah gereja yang hampir 7 bulan ditinggal oleh gembalanya karena aktif didunia politik membutuhkan dia di gembalakan.

Lucy Bungawan, kefakuman PD Yeremia tidak melarutkan dia dalam kefakuman melayani. Kembali ke GKI panglima Polim di mana dia berjemaat adalah kerinduannya untuk memuliakan Tuhan Yesus. Ada banyak karya yang dilakukan untuk Tuhan salah satunya adalah mengadakan KKR yang hampir mustahil di adakan di GKI Panglima Polim, tapi berkat bantuan rekan-rekan yang memiliki kerinduan sama dan tentunya oleh pertolongan Dia yang empunya pelayanan maka KKR tersebut bisa diadakan dengan dana awal 250ribu dan tanpa minta sumbangan kiri-kanan Tuhan mencukupkan dengan limpahnya.

Atta, melayani di GPIB Sumber Kasih dan sangat bersyukur dengan banyak pengajaran dan pembinaan di PD Yeremia yang menjadi bekal untuk melayani lebih lanjut. Saat ini dia terlibat aktif khususnya di pelayanan keluar untuk diakonia.

Mercy Mandagie, yang termuda dari seluruh ex PD Yeremia yang hadir tetap antusias dalam melayani di GPIB Sumber Kasih dan mempunyai harapan yang besar agar kita semua tidak berhenti sampai disini saja untuk menghangatkan persekutuan tetapi terus kontak dan saling mendukung.

Mengingat waktu yang tidak memungkinkan untuk memberi kesempatan kepada semua yang hadir maka di kesempatan berikutnya sharing dan kesesaksian akan dilanjutkan oleh yang lainnya. Mudah-mudahan ex PD Yeremia lebih banyak yang hadir dan kita bisa saling menopang dalam dunia pelayanan kita masing-masing.

Waktu hampir menunjukkan pukul 9 malam ketika tiba acara berfoto bersama dan satu persatu meninggalkan rumah Lucy. Ketika kami pulang Ferry, Ronal, Mercy, Diana, Riana, Yudi dan Atta serta Lucy tentunya masih tinggal untuk diskusi rencana pertemuan berikutnya terutama membahas usulan Ferry untuk merayakan ulang tahun Yeremia 4 Oktober 2009.

Sampai jumpa saudara-saudara seiman, Tuhan Yesus memberkati kita semua, setialah seperti Tuhan Yesus setia.

SHS
GBU

Kamis, 27 Agustus 2009

Beratnya cobaan ini


1 Kor 10 : 13 ‘Pencobaan…’

Malam tadi saya terlibat dalam pertarungan yang sangat sengit dengan seseorang, seluruh kemampuan dan kesaktian sudah dikerahkan tapi lawan yang saya hadapi tak kunjung menyerah dan takluk. Entah sudah berapa jurus sudah saya keluarkan, baik untuk pukulan mapun tendangan namun dia selalu bisa mengelak bahkan tak jarang dia balik menyerang dengan kuatnya. Setelah lama lawan tak juga mampu dikalahkan dan saya merasa lelah dan hampir menyerah tiba-tiba saya tersentak bangun dari tidur dan seketika itu juga lawan berat yang saya hadapi lari entah kemana.

Rupanya saya baru saja bermimpi bertarung dengan lawan yang sepadan dan seimbang, hal itu terbukti sampai saya selesai bermimpi lawan tersebut belum berhasil dikalahkan. Saya ingat saya terbangun dan lawan itu lari setelah saya bertanya kepada Tuhan dalam mimpi saya ‘Tuhan kenapa lawan ini sangat sukar dikalahkan ? Saya tidak sanggup lagi melawannya. Tuhan tolonglah saya ! ‘

Segera setelah saya terjaga dan mimpi itu buyar saya teringat akan Firman Tuhan dalam 1 Kor 10 : 13. Pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa yang tidak melebihi kemampuan kita dan pada waktu kita dicobai Tuhan akan memberikan jalan keluar supaya kita cakap menangungnya.

Alkitab mengatakan bahwa persoalan, pencobaan ataupun ujian yang kita alami atau hadapi sesungguhnya adalah hal biasa yang tidak akan melebihi kekuatan kita. Tapi yang sering terjadi adalah suatu tanggapan berlebihan yang kita hasilkan. Seolah-olah masalah atau persoalan itu terlalu berat, terlalu sulit untuk dihadapi. Kita berpikir Allah meninggalkan kita dan membiarkan kita terkapar dan dikalahkan oleh masalah tersebut. Tetapi sesungguhnya yang terjadi adalah kita merasa masalah itu terlalu besar tidak sebanding dengan kemampuan kita, padahal kita belum mengerahkan seluruh kemampuan dan kekuatan yang kita miliki atau walaupun setelah semua daya dan kekuatan telah dikerahkan kita belum menambah kekuatan kita dengan kekuatan dan pertolongan dari Allah.

Salah satu contoh yang sering kita dengar adalah seorang ayah yang bijaksana tidak akan memberikan beban 5Kg kepada anaknya yang masih kecil yang hanya mampu mengangkat beban 1Kg.

Saya berpikir sesuatu yang lain, seorang anak kelas 1SD ketika dia harus diuji, tidak akan mungkin diuji dengan soal-soal untuk kelas diatasnya, begitu juga sebaliknya seorang siswa kelas 3SMA tidak akan mungkin diuji dengan soal kelas 6SD. Apakah kebanggaannya, ketika siswa kelas 3SMA itu bisa menjawab ujian kelas 6SD ?. Ketika seorang karateka Ban Hitam diuji dengan karateka Ban Hijau, apakah kebanggannya ? Atau sebaliknya karateka Ban Hijau tidak mungkin diuji dengan karateka Ban Hitam. Kita tambahkan lagi, seorang petinju kelas Ringan tidak mungkin bertanding dengan petinju kelas berat atau apakah kebanggaannya petinju kelas berat jika mampu mengalahkan petinju kelas ringan?

Tentu hal-hal tersebut adalah suatu keanehan. Jadi percayalah semua ujian, pencobaan atau masalah yang kita hadapi sesungguhnya masih sesuatu yang bisa kita atasi apalagi kita yakin bahwa Allah ada di pihak kita. Dia senantiasa siap menolong dan memberikan jalan keluar, Jadi jangan pernah merasa terlalu sulit, terlalu lemah, terlalu pesimis. Percayalah bersama dengan Tuhan kita pasti sanggup, pasti bisa menjadi pemenang.

Jangan pernah putus asa, karena sesungguhnya semua pencobaan itu adalah pencobaan biasa, jangan berlebihan dengan mengatakan persoalan kita sudah melewati kemampuan kita, jangan menjadi cengeng, percayalah kepada Kristus. Nyawa saja Dia berikan apalagi yang lain. Selamat bertanding, selamat berjuang dan jadilah pemenang dan selamat menyambut persoalan yang lebih berat lagi sesuai dengan kadar iman dan kekuatan kita.

SHS
GBU

Jumat, 07 Agustus 2009

SEMANGAT, KEGALAUAN , BERSERAH & KUASA TUHAN (part 2-end)

Dengan kepala terunduk tapi hati terangkat kepada Tuhan mereka kembali menaikkan doa-doa permohonan tapi tidak seperti yang sudah-sudah, kali ini lebih hening karena seolah-seolah semua kata sudah diutarakan, tinggallah hati yang berbicara kepada Allah sumber pertolongan yang sejati.

Setelah hening sejenak mulailah mereka berdiskusi dan mereka sepakat bahwa keadaan ini harus segera di sikapi dengan perbuatan iman. Doa sudah dinaikkan, harapan sudah diutarakan, saatnya bertindak.

Semua panitia mempersiapkan diri untuk memulai acara, para undangan diminta untuk menuju lapangan tempat acara akan diadakan. Kursi-kursi yang sudah dibersihkan siap menunggu mereka untuk duduk dan mengikuti acara. Lampu listrik belum menyala, cahaya remang-remang masih mendominasi setiap sudut lapangan.

Keadaan masih belum berubah, tidak ada yang bisa diperbuat. Semua menunggu dengan harap-harap cemas, bagaimana kelanjutan acara ini ? ditundakah, dilanjutkankah atau dibatalkan.

Kemudian MC naik ke atas panggung, semua berdiam diri menanti apa yang terjadi. MC membuka kalimat dengan ucapan selamat datang dan kemudian mengajak semua yang hadir untuk berdoa. Sementara itu di bawah panggung, dibelakang panggung dan dimana saja panitia ada mereka semua menundukkan kepala memohon Tuhan menyatakan kuasanya.

“Dalam nama Yesus kami berdoa, Ammmminnnnn” MC mengakhiri doanya dan lampu menyala, kegelapan hilang ditelan oleh terang benderang, ya seolah tak percaya, sebagian masih terpesona kagum yang lain menggumam kagum. Saya sulit untuk menggambarkan suasana hati masing-masing yang hadir, tapi itulah yang terjadi.

Lampu listrik menyala tepat kata ‘amin’ diucapkan, tepat ketika doa selesai dipanjatkan. Air mata bahagia, beban dan kesesakan terangkat diganti dengan suka cita dan damai sejahtera yang melampaui segala akal. Allah tak pernah terlambat dalam menolong tapi Dia juga tak pernah tergesa-gesa, segala sesuatu indah pada waktunya.

Dengan penuh suka cita seluruh rangkaian cara dilanjutkan, berlangsung dengan baik hingga acara selesai. Tamu undangan satu-persatu meninggalkan lokasi dengan kesan masing-masing, ada yang bersyukur tapi mungkin ada juga yang menganggap itu adalah sebuah kebetulan. Panitia kembali bekerja untuk membereskan seluruh perlengkapan dan membersihkan lapangan upacara seperti diawal acara didalam kegelapan tetapi saat itu hati mereka sangat bersuka cita dan penuh ucapan syukur dalam terangnya lampu listrik.

Satu persatu dan ada yang bersama-sama meninggalkan lokasi, membawa kesan yang mendalam akan pertolongan Tuhan. Tuhan Yesus hidup dan berkuasa dan biarlah itu selalu mengingatkan kita. Saya yakin pertolongan di malam itu hanya salah satu dari sekian banyak pertolongan yang Tuhan lakukan di kehidupan kita masing-masing untuk menyatakan kesetiaanNya.

Maz 103 : 2 “Pujilah Tuhan, hai jiwaku dan janganlah lupakan segala kebaikkanNya!”



Nb.: nama masing-masing pelaku peristiwa sengaja tidak dicantumkan untuk mengajak mereka mengenang peristiwa itu berdasarkan kesan masing-masing. Kiranya ksih setia Tuhan terus menandai hari-hari kita dan mendorong kita terus memberikan hidup bagi Kristus yang sudah memilih dan menebus kita.

ditulis utk Nelson PL dan kawan-kawan PD Yeremia Cipete

Segala kemuliaan bagi DIA
SHS

Rabu, 05 Agustus 2009

SEMANGAT, KEGALAUAN , BERSERAH & KUASA TUHAN (part 1)


GILA, NEKAD, EDAN dan mungkin masih ada banyak kata lain yang bisa dialamatkan kepada sekelompok kaum muda yang berani membuat sebuah acara resmi di sebuah lapangan terbuka pada saat musim hujan di malam hari.

Pada saat itu musim hujan dan musim kemarau masih teratur datangnya tidak seperti saat ini dimana sampai bulan Oktober tanda-tanda musim hujan belum juga kelihatan dan sudah memasuki bulan Maret tanda musim kemarau belum juga kelihatan.

Bagaimana tidak nekad dan edan, tanpa banyak perdebatan dan pertimbangan akan musim penghujan mereka sepakat mengadakan sebuah acara resmi ‘Ulang Tahun Persekutuan’ dengan sebuah acara tunggal yaitu pemutaran film rohani tentang akhir zaman di lapangan terbuka tanpa membuat tenda, jangankan mengantisipasi hujan, memikirkan turunnya hujanpun mungkin tidak. Hanya doa dan doa yang mereka kerjakan, entah itu pertemuan doa setiap selasa malam atau doa semalam suntuk (supaya enak di dengar sekarang tidak pakai kata ‘suntuk’ lagi, beberapa gereja menyebutnya doa semalaman ceria)

Pertunjukkan film di lapangan terbuka di wilayah itu biasanya hanya diadakan bila ada pesta pernikahan saudara-saudara kita dari suku Betawi sebagai sebuah acara hiburan bagi masyarakat yang saat itu memang haus hiburan, pemutaran film dimulai sekitar pukul 21.00 sampai jam 04.00 pagi esok harinya. Maklum kala itu masih hanya ada 1 stasiun TV yakni TVRI itupun mengudara pada jam yang terbatas.

Bila yang mengadakannya orang ‘berada’ maka pemutaran film itu menggunakan 2 buah proyektor sehingga tidak ada jeda yang lama ketika pergantian rol film dan film yang diputar juga masih relative baru. Sedangkan kalau yang menyelenggarakannya orang ‘biasa’ maka pemutaran film hanya menggunakan 1 buah proyektor, ini mengakibatkan waktu yang cukup lama untuk pergantian rol film dan film yang diputar kadang sudah biasa dipertunjukkan atau film lama, lengkap dengan keramaian pedagang dan aneka permainan keberuntungan.

‘Layar Tancep’ begitu orang menyebutnya, karena memang layar lebarnya hanya ditancapkan ke dalam tanah dan diikat kokoh supaya tidak roboh tertiup angin. Pernah suatu kali saya mengalami kejadian menarik ketika menyaksikan film ‘Aladin’ yang dibintangi oleh Rano Karno. Ketika itu sang tokoh cerita berteriak ‘Dewa angin…. Dewa angin… Hai Dewa angin datanglah’ dan terjadilah angin keras benar-benar datang dan merubuhkan layar besar yang tertancap di tanah dan sebagian penonton lari kocar-kacir menyelamatkan diri. Istilah lainnya ‘Misbar’ atau gerimis bubar, sehingga pertunjukkan akan berhenti atau bubar bila gerimis dan hujan turun mengguyur lapangan.

Nah, acara seperti itulah yang akan digelar dalam rangka Ulang Tahun persekutuan kaum muda tersebut, hanya saja film yang diputar adalah 1 film rohani dan tidak sampai pagi hari. Setelah pertemuan demi pertemuan, maka disepakatilah acara akan diadakan di lapangan upacara SMP 68 Cipete Cilandak Jakarta Selatan. Karena ketua persekutuan punya hubungan yang baik dengan pihak sekolah (beliau mengajar pendidikan agama Kristen di sekolah tersebut) maka ijin peminjaman tempat diperoleh.

Seluruh panitia bekerja sama bahu-membahu untuk mensukseskan acara tersebut, pihak film dihubungi, tiket atau undangan disiapkan dan diedarkan kepada kerabat, keluarga dan undangan lainnya. Latihan demi latihan baik itu Vocal Group, MC/SL berserta pemain musik terus berlatih dengan semangat, tak sabar rasanya menantikan hari penyelenggaraan Ulang Tahun PD Yeremia.

Setelah melakukan banyak aktifitas untuk mempersiap acara, akhirnya tibalah hari yang ditunggu-tunggu mereka. Hari Minggu siang, setelah beribadah di gereja masing-masing mereka berkumpul untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Membuat panggung dari kumpulan meja belajar, mengambil karpet besar dari rumah ketua untuk mengalasi panggung supaya rapi dan elegan. Sementara yang lainnya mengangkat kursi belajar dari kelas-kelas disekitar lapangan upacara untuk undangan supaya nyaman menyaksikan film rohani.

Di bagian dalam setelah gerbang sekolah tampak rekan-rekan putri sedang mempersiapkan meja untuk penerima tamu dan pernak-perniknya. Sebagian lagi membesihkan lapangan yang akan digunakan untuk acara nanti malam.

Matahari menampakkan wajahnya dengan dihiasi beberapa awan putih beriringan yang menandakan cerahnya cuaca saat itu menambah semangat kerja anak-anak muda tersebut. Ketika waktu sudah mendekati jam 5 sore maka satu persatu dari mereka meninggalkan lokasi, pulang untuk membersihkan diri, berdandan secantik dan seganteng mungkin untuk merayakan hari suka cita dan ucapan syukur atas kemurahan Tuhan bagi PD Yeremia.

HUJAN DERAS TURUN

Ketika sudah mulai dekat ke rumah, saya melihat ke langit dan tampaklah pemandangan yang membuat hati kuatir dan gentar karena cerahnya cuaca di siang hari sudah mulai berganti dengan tanda-tanda mendung dan gelapnya langit. Matahari yang menampakkan diri dengan bersahabat pada siang hari sudah pergi entah kemana, yang tampak hanya gumpalan awan gelap dan pekat. Tanda hujan akan turun. Saya terus berjalan dengan perasaan campur baur antara berdoa minta kepada Tuhan agar hujan tidak turun dan kekuatiran akan turunnya hujan.

Saya tidak mau membayangkan akan kelangsungan acara yang diadakan di tempat terbuka terganggu dengan turunnya hujan. Bahkan ketika mandi dan makan hati saya terus dilanda kekuatiran sekalipun pada saat yang sama doa tak henti-hentinya dinaikkan. Segera setelah itu saya kembali menuju SPM 68, tempat acara diadakan. Sesampainya disana saya mendapati rekan-rekan sudah berdandan rapi akan tetapi tampak rona kecemasan di wajah mereka seiring dengan mendungnya langit disertai beberapa kilat yang terdengar bersahut-sahutan. Lampu mulai menerangi tempat di mana kami berkumpul dan beberapa rekan terlihat duduk sendiri-sendiri dan ada yang bergerombol di dalam doa memohon kemurahan Tuhan agar hujan tidak turun.

Benar saja………. tak lama berselang, sesuatu yang dikuatirkanpun terjadilah, hujan turun dengan deras mengguyur SMP 68, membasahi panggung, membasahi karpet, membasahi kursi-kursi yang tertata rapi, membasahi lapangan upacara. Undangan satu persatu mulai berdatangan dibawah guyuran hujan, dan berkumpul di bagian teras depan sekolah (sebuah area yang cukup untuk berteduh). Sebagian panitia menyambut mereka dan sebagian yang lain berkumpul disebuah kelas untuk berdoa dengan hati menangis memohon kemurahan Tuhan agar hujan berhenti.

DOA dan AIR MATA

Dengan diselingi lagu pujian yang mengandung pernyataan iman akan kemaha kuasaan Tuhan kami berdoa tak putus-putusnya dengan hati hancur agar Allah turun tangan menolong kami. ‘Bukankah Engkau yang berkuasa Tuhan? Bukankah Engkau yang membuat dan mengatur cuaca, hentikanlah hujan ini kami mohon, jangan permalukan kami Tuhan dan kalau ada dosa yang kami buat entah itu pribadi ataupun dosa persekutuan ampunilah kami’.

Demikianlah kira-kira doa yang dinaikkan dengan hati hancur, setelah selesai berdoa tak serta merta hujan berhenti dan kami hanya bisa melanjutkan berdoa dalam hati masing-masing sambil memandang tak berdaya ke arah lapangan yang terus diguyur hujan. Semakin banyak undangan yang sudah hadir akan tetapi keadaan tidak juga kunjung membaik.

Setelah beberapa waktu hati ini dipenuhi dengan kegalauan akhirnya Tuhanpun menjawab doa kami dengan menghentikan hujan. Serasa beban berat yang menindih pundak dan sesaknya napas ini hilang seketika diganti dengan suka cita. Segera kami mengambil inisiatif untuk membersihkan dan mengeringkan lapangan dengan alat seadanya, membersihkan, melap kursi dan panggung tanpa memperdulikan penampilan dan pakaian keren yang kami kenakan. Yang penting acara dapat berjalan mengingat waktu terus bertambah malam dan undangan sudah hadir menunggu acara dimulai.

Akhirnya kami selesai merapikan tempat acara, sekalipun berkeringat dan lelah tapi kami puas karena Tuhan menjawab doa kami, hujan berhenti dan sesaat lagi acarapun kan dimulai. Tetapi rupanya pergulatan batin dan doa belum selesai sampai disitu, Tuhan mengajar lagi bagaimana untuk berserah dan mengandalkan Dia dengan sepenuhnya.

PERGUMULAN BELUM SELESAI (gelap gulita,listrik mati)

Ya, mungkin pantaslah kalau kemudian sebagian orang menujukan kalimat ‘EDAN, GILA, NEKAD’ kepada kami. Setelah hujan berhenti terjadilah peristiwa kedua yang tak kalah menyesakkan dada ini. LISTRIK MATI.

Gelap gulita memenuhi teras depan, remang-remang di lapangan terbuka, sound system terdiam sejuta bahasa, proyektor film berdiri tak berdaya bagaikan sebuah tiang kayu, panitia hening pasrah tak berdaya, itulah suasana yang ada kala listrik mati.

Kembali anak-anak muda itu berkumpul untuk berdoa dengan menangis dan hati yang hancur memohon belas kasihan Tuhan. Setelah itu mereka berdiskusi dan akhirnya tak dapat ditawar lagi. (Bersambung.............)


Segala kemuliaan bagi DIA
SHS
nb. : ditulis utk Nelson PL dan kawan-kawan PD Yeremia Cipete