Senin, 17 September 2012

Sang Musafir


The Pilgrim's Progress adalah sebuah tulisan yang dihasilkan di dalam sebuah penjara. Jhon Bunyan adalah seorang penginjil dalam sejarah gereja Inggris yang terus memberitakan Injil yang murni dengan penuh keberanian. Atas sikapnya yang berani dan tidak mau kompromi dengan filsafat dunia dan ajaran dunia beserta kenikmatannya dia harus mengalami dinginnya penjara. Atas perintah raja Inggris waktu itu dia dijebloskan ke dalam penjara.

Tetapi itu tidaklah membuat kasih dan semangatnya dalam melayani Raja segala raja menjadi kendor, sekalipun geraknya dibatasi, mulutnya tidak bisa menyampaikan kabar berita baik kepada orang banyak dia tidak merasa dibatasi untuk menyampaikan kabar baik itu. Hal tersebut terbukti dengan tulisan Pilgrim's Progress yang dibuatnya dalam penjara yang telah menjadi berkat dan pengajaran penting tentang ke Kristenan.

Jhon Bunyan telah dipanggil pulang oleh pencipta dan penebusnya akan tetapi tulisannya masih terus menjadi berkat bagi banyak orang termasuk sampai kepada saya pribadi yang hidup puluhan tahun setelah dia meninggal.

Cerita yang ditulis dalan bukunya ini adalah kisah perjalanan seorang musafir yang menjadi Kristen, pada awalnya dia dilanda rasa kegelisahan dan ketakutan akan ancaman kebinasaan yang akan diterima olehnya dan seluruh penduduk desanya.

Kesan saya tentang sang musafir di awal cerita adalah : Musafir sepertinya adalah seorang yang sangat egois, dia tidak memperdulikan orang lain, dia hanya memikirkan dirinya sendiri hal ini dapat dilihat ketika dia sepertinya tidak perduli lagi kepada keluarganya. Musafir tetap pergi dari rumahnya meninggalkan keluarga, istri dan anak-anaknya. Dia tidak memperdulikan teriakan istri dan anak-anaknya yang memohon dengan sangat agar dia tidak pergi. Seluruh penduduk kampung berusaha mencegah dia untuk pergi akan tetapi sepertinya dia tidak lagi perduli akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Dia hanya memikirkan keselamatan dirinya sendiri dan tidak perduli dengan keluarganya.

Apa yang menyebabkan dia bertindak seperti itu ? Dia merasa jiwanya terancam, seluruh kampung terancam termasuk keluarganya. Dia ingin menyembunyikan ancaman itu tetapi dia tidak dapat, akhirnya dia memberitahu kepada istri dan anak-anaknya bahwa mereka terancam akan binasa oleh hukuman dan malapetaka, seluruh kampung terancam dan mengajak mereka untuk pergi meninggalkan kampung tersebut. Tetapi apa jawab istri dan anak-anaknya ? Mereka menganggap Musafir sedang tidak sehat, depresi dan kacau, bila dibawa tidur maka dia akan baik-baik lagi.

Bagi istri dan anak-anaknya apa yang dirasakan oleh musafir hanyalah sebagai perasaan konyol. Mereka baik-baik saja, sejahtera. Penduduk kampung yang lain juga tidak melihat ada sesuatu yang salah dan mengancam mereka. Sehingga tidak ada satu alasanpun yang bisa mendorong mereka untuk pergi meninggalkan segala kenyamanan dan kesontasaan dikampung itu.

Kisah ini menggambarkan perjalanan hidup sang musafir secara rohani. Ketika musafir memutuskan pergi meninggalkan seluruh desa dan keluarganya tentu bukan bermaksud meninggalkan dalam arti sempit yaitu meninggalkan kewajibannya dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, pencari nafkah atau sebagai seorang suami dan ayah.

Ketika dia memutuskan pergi dan meninggalkan semuanya itu berarti dia pergi dan meninggalkan segala kesenangan dan nilai dunia untuk mendapatkan sesuatu yang sangat bernilai. Saking bernilainya tujuan yang dia sedang tuju maka tidak ada satu kenikmatan dan nilai apapun juga yang sanggung menahan dia untuk tidak pergi keluar dari kampung itu  dan meninggalkan semua termasuk keluarganya.

Saya teringat akan kata-kata Kristus 'Jika ada orang hendak mengikutKu tetapi tidak membenci ayahnya, ibunya atau apapun saja maka dia tidak layak bagiKu' Hal tersebut sangat jelas tergambar dalam ekspresi dan dialog musafir yang berkali-kali menekankan kemuliaan yang kelak akan dia peroleh tidak sebanding dengan kemuliaan apapun juga yang ada didunia ini. Tersirat apa yang dikatakan oleh Paulus 'Segala sesuatu ku anggap sampah jika dibandingkan dengan kemuliaan Kristus'.

Di dalam cerita selanjutnya digambarkan oleh Jhon Bunyan perjalanan sang musafir tidaklah mudah tetapi banyak kesulitan dan penderitaan 'Siapa yang tidak memikul salib dan menyangkal diri, dia tidak layak bagiKu' demikian Kristus berkata. Dalam perjanalan sang musafir dia juga mengalami kegagalan, kesombongan, malas dan tidak waspada. Ada banyak tempat yang diibaratkan dengan keadaan dunia, diantaranya rawa patah semangat, jalan mendaki, jalan menurun. jalan lebar, jalan sesak dan sempit. Ada juga penggambaran tentang singa yang mengaum-ngaum, pertempuran melawan iblis. Selain itu ada juga tokoh penginjil, juru tolong, si penurut, si degil, si budak hukum, tuan hikmat duniawi dan lain-lain.

Saya bersyukur setelah lama mencari buku ini, akhirnya daftar buku pribadi saya bertambah. Buku ini sangat baik untuk dibaca, tentu dalam terang Firman Tuhan. Kalau tidak kita akan gagal dalam menemukan makna dan berkatnya sebagaimana diawal saya katakan tentang sang musafir yang seolah-olah egois dan tidak bertanggung jawab. Untuk mendapatkan berkat lebih banyak lagi silahkan membaca buku ini, ada banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kalau anda ingin mendapatkannya tapi tidak tahu dimana dengan senang hati saya akan membantu. Tuhan memberkati.