Jumat, 20 Agustus 2010

Hidup bagi Kristus

“Hiduplah bagi Kristus”

Di dalam Kristus segala kepenuhan Allah berkenan diam didalamNya, akan tetapi karena kasihNya yang besar untuk orang-orang yang dikasihiNya maka Ia berkenan untuk menanggalkan segala ke-Allah-anNya untuk menjadi kosong, dan Ia menjadi serupa menjadi manusia bahkan menjadi lebih rendah lagi karena Ia mengambil rupa seorang hamba yang teraniaya, hamba yang menderita, hamba yang terkutuk, hamba yang mati buat orang-orang yang dikasihiNya.

Ia yang sebenarnya adalah Allah yang maha tinggi luhur, maha kudus, maha mulia. Segenap penghuni sorga memuliakan dan sangat meninggikan Dia mau datang ke dalam dunia sehingga Ia bukan saja dapat disentuh oleh orang berdosa bahkan dapat ditempar oleh tangan orang berdosa, Ia bukan saja dapat mendengar puji-pujian tetapi dapat dicaci maki dan diludahi. Ia bukan saja dapat dipegang bahkan dapat ditendang dan dicambuk. Begitulah keadaan Allah yang maha tinggi ketika datang ke dunia ciptaanNya.

Tidakkah tindakan kasih Allah ini mampu menggugah kita untuk hidup seutuhnya hanya untuk Dia ? Sudah terlalu banyak waktu kita habiskan hanya untuk diri sendiri, sudah waktunya sisa waktu yang ada kita kembalikan buat Dia.

Kemarin dalam perjalanan berangkat ke tempat kerja, saya berpikir bahwa ini adalah kegiatan yang selalu saya lakukan di pagi hari, bekerja dan kembali pulang ke rumah, begitu juga dengan esok hari Hari Minggu pergi ke gereja untuk beribadah terlibat dalam sedikit pelayanan demikian seterusnya. Apa yang sedang saya kerjakan dalam rutinitas ini ? Saya sedang mengumpulkan uang, adakah bagian saya untuk beribadah dan melayani agar semakin diberkati? Untuk apakah uang ini saya gunakan ? Selain untuk makan dan minum saya gunakan untuk menikmati hidup, bersenang-senang, menaikkan status sosial ? Supaya orang lain tidak menilai rendah lagi karena melihat saya tidak jelek-jelek amat nasibnya ?

Ah... ternyata kesadaran akan tujuan hidup harus selalu diperhatikan, diperbaharui lagi dan terus diperbaharui. Biarlah kasih Allah yang besar dan ajaib itu selalu mendorong dan mengarahkan saya, keluarga saya untuk hidup untuk Dia. “ Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup didalamnya” Ef 2:10

Tuhan tolonglah hambaMu ini, beri kekuatan oleh RohMu agar hidup sebagaimana yang Engkau mau, Amin”

Selamat Ulang Tahun buat Ruth Sri Wahyuni ( 20 Agustus 2010 )

Jumat, 13 Agustus 2010

Antara Serang Timur dan Tambak

Hampir 11 tahun sudah saya menyusuri jalan antara Serang Timur dan Tambak, baik menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Seperti kebanyakan jalan yang ada pertambahan jumlah kendaraan sangat berbanding terbalik dengan perbaikan jalan baik dari segi kualitas maupun lebarnya jalan. Tiap tahun kenyamanan berkendara antara Serang Timur dengan Tambak semakin berkurang, dahulu berangkat lebih awal hanya terkonsentrasi pada hari Senin dan Kamis saja mengingat adanya pasar tradisional di Kragilan saat ini ancaman macet sudah menjadi langganan tiap hari. Bahkan kemacetan di Pasar Kragilan tidak lebih parah dari pada kemacetan di daerah Tambak.

Jalan terasa semakin sempit ditambah lagi rusaknya jalan terutama menjelang terowongan tambak sampai melewati jembatan tambak, ditambah lagi semakin banyaknya kendaraan besar entah itu truk, kontainer ataupun kendaraan berat yang mencoba menghindari jalan tol karena biaya tinggi. Hal ini semakin menambah kerawanan kecelakaan lalu lintas, entah sudah berapa banyak peristiwa kecelakaan lalu lintas yang terjadi di sepanjang ruas jalan tersebut, dalam beberapa kali kesempatan saya dan kawan-kawan bukan saja mendengar kabar kecelakaan saja akan tetapi ikut juga mengalami kemacetan yang diakibatkan kecelakaan bahkan pernah sempat melihat korban tergeletak di atas aspal.

Apakah tidak ada kebijakan yang diatur agar kendaraan berat dan besar yang tidak mempunyai kepentingan langsung ke daerah itu dilarang untuk melalui jalan Serang Timur-Tambak ? Karena ada juga beberapa kendaraan tersebut hanya menghindari jalan tol saja, tujuan Tangerang atau Jakarta hanya lewat saja nanti masuk tol lagi di Balaraja. Mungkin ini akan mengurangi beban yang ditanggun oleh jalan Serang Timur-Tambak atau mungkin sampai Balaraja.

Kemacetan yang terjadi menyebabkan biaya transportasi bertambah baik bagi penggunan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Pengguna kendaraan umum harus pindah kendaraan dan mengeluarkan biaya tambahan belum lagi pemotongan upah akibat terlambat datang di lokasi kerja, bagi pengusaha juga tentu menjadi sebuah kerugian karena produktivitas terganggu,

Bukan hal yang baru masuk jalan tol Serang Timur - Ciujung belum kunjung usai perbaikannya, di ruas tertentu sehabis mengambil tiket tol jalan yang belum 1 bulan diperbaiki sudah menunjukan kerusakan lagi dan awas hati-hati mendahului kendaraan dari jalur kanan di sepanjang Serang Timur - Ciujung tidak berlaku lagi karena hampir semua kendaraan termasuk yang besar/berat menggunakan jalur kanan, sehingga mendahului kendaraan sudah umum dilakukan dari sebelah kiri.

Kemacetan Kragilan - Tambak di hari Senin dan Kamis sudah menjadi cerita lama, karena kemacetan di daerah Tambak lebih parah dan tidak mengenal hari Senin maupun Kamis saja, tetapi bisa terjadi disetiap hari baik itu pagi maupun sore,bahkan sesekali kemacetan juga terjadi di depan Indah Kiat.

Entah sampai kapan keadaan ini membaik, semoga pengguna jalan dan pemerintah setempat bersama-sama memperbaiki diri dan sarana. Semoga.....

Kamis, 20 Mei 2010

True Story 'mobil nabrak tembok'

True Story 'mobil nabrak tembok'

Pagi itu saya bergegas menuju ke mobil dan meluncur cepat untuk menjemput beberapa kawan menuju ke tempat pekerjaan. Setelah beberapa kawan masuk ke mobil saya baru sadar bahwa saya masih mengenakan celana pendek untuk bekerja. Hari ini istri sang penolong tidak ada di rumah karena ada kegiatan di tempat lain sehingga tidak ada yang mengingatkan dan mempersiapkan pakaian untuk saya bekerja.

Segera saya panik karena menyadari waktu yang ada tinggal tersisa sedikit kalau untuk kembali ke rumah mengganti celana, tapi dalam waktu yang sempit itu saya mengambil keputusan untuk kembali ke rumah. Mulailah bagaikan adegan sang jagoan yang memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi saya peragakan. Dengan berzigzag dan membuat jantung berdegup kencang setiap penumpang mobil semakin cepat dipacu. Di suatu belokan mobil bukannya melambat tapi justru semakin dipacu sehingga mobilpun sebagian sisi terangkat dan ban menghasilkan bunyi nyaring 'ciiitt.....'

Seorang kawan di dalam mobil berkomentar 'Itulah para suami tidak tahu dan tidak bisa kalau istri tidak ada, terlalu manja bergantung kepada istri' tapi saya tidak lagi sempat menjawab karena terus berkonsentrasi mengendarai mobil yang betuk-betul sedang membuat jantung berdegup kencang.

Jalanan semakin padat dan ini berati memperlambat perjalanan hingga dalam hitungan detik saya mengambil keputusan untuk memutar arah untuk mengambil jalan pintas, dan terjadilah sambil menekan pedal gas kemudian menarik rem tangan sambil memutar kemudi, mobil berputar arah 180 derajat 'citt........' hampir semua orang di sisi jalan melihat dan terheran-heran lebih-lebih penumpang berpegangan erat dan menjerit 'Wah.... pak.......sudah gak usah kebut-kebutan lagi '. Mobil berguncang hebat dan berbalik arah kemudian saya membelokkan arah ke jalan pintas dan ternyata kami memasuki sebuah jalan yang masih dalam perbaikan.

Jalan itu memang sudah mulus tapi ketegangan yang lebih besar sudah menanti di depan, jalan tersebut masih menyisakan satu selokan besar kurang lebih dua meter yang belum ada jembatannya. Laju kendaraan sudah terlanjur sangat cepat dan tidak mungkin untuk di hentikan dengan rem, kalau itu dilakukan maka ada kemungkinan mobil akan terperosok ke dalam selokan. Dengan nekat, saya menekan pedal gas semakin dalam dan mobil melaju dengan kecepatan maksimal, semua penumpang berteriak ketakutan 'Tolong...... gila kamu pakk' dan mobil terbang bagaikan mobil bus di film speed terbang melewati jembatan tol yang terputus. Mobil terbang dan 'brukkkkk' terjatuh di seberang jalan dan membanting semua orang yang ada di dalamnya dan terus melaju dengan bergetar hebat. Saya berusaha mengendalikannya tapi ternyata belum cukup kengerian ini berakhir di depan ada sebuah tembok dan mau tidak mau saya harus menginjak rem sampai mentok dan memegang erat kemudi. 'Ciiittttt Bruk...' suara ban dan suara benturan terdengar mobilpun berhenti. Kami semua turun dengan berkeringat dingin, sambil kawan-kawan bersungut-sungut dan memaki. Saya segera bergegas memeriksa kendaraan dan mendapati kaca spion patah dan hilang, bemper depan ringsek dan kaca depan sebagian besar retak. Saya pucat dan tertunduk lesu membayangkan kerugian besar yang saya harus derita apalagi ini adalah mobil satu-satunya dan hampir tidak mungkin menjualnya dengan harga yang pantas. Saya terpekur dan menyesali diri sambil berharap semoga ini hanya sekedar mimpi.

Mudah-mudahan ini cuma mimpi bukan sebuah kenyataan, dan seketika saya tersadar dan bangun dari tidur, hati saya lega ternyata saya sedang duduk di kursi panjang dan ada beberapa orang bersama saya dalam sebuah antrian, karena lama menunggu maka saya tertidur. Sesaat itu juga saya bangun dari tidur asli saya dan bersyukur kalau saya sedang mimpi. Rupanya saya mimpi di dalam mimpi. Saya mimpi sedang duduk antri kemudian tertidur dan bermimpi mengendarai kendaraan.

Kamis, 11 Maret 2010

PASKAH 2010


SALIBKAN DIA, SALIBKAN DIA

Kalimat ini bergema berulang-ulang di dalam pikiran saya ketika memikirkan makna Paskah tahun ini. Ya, itulah teriakan-teriakan sadis dan tak mau peduli yang keluar dari mulut hampir semua orang yang berkumpul ketika Yesus sedang diadili. Mereka tidak mau tahu apakah tuduhan para imam-imam kepala/orang-orang Farisi itu benar demikian, bahkan mereka tidak mau peduli ketika Pilatus mengatakan ‘Aku tidak menemukan kesalahan pada orang ini’ dan ketika Pilatus menawarkan untuk melunakkan orang-orang tersebut dengan memberikan pilihan apakah Yesus ataukah Barabas yang mereka pilih untuk bebas, mereka tetap bersikeras kalau Yesus harus disalibkan dan memilih Barabas sang penjahat itu untuk bebas.

Ya mereka lebih memilih kebengisan dari pada kedamaian, mereka lebih memilih kejahatan dari pada kebaikan. Mereka terus meneriakkan kalimat yang sama ‘Salibkan Dia, salibkan Dia’ bahkan mungkin mereka berteriak lebih keras setiap kali Pilatus mulai membujuk orang banyak untuk melepaskan Kristus.

Benarlah apa yang dinubuatkan oleh Yesaya bahwa Dia bagaikan anak domba kelu yang dibawa ke pembantaian, tidak dibiarkan membuka mulutnya dan terus dihujat, dicerca, diancam dan dimaki.

Tetapi yang jauh lebih pahit dan menyakitkan adalah sebuah kenyataan bahwa mereka yang berteriak-teriak tak terkontrol itu dan seperti ‘kesetanan’ itu adalah sebagian besar juga yang berseru-seru ‘Hosana hosana terpujilah Dia’ mereka bersahut-sahutan meneriakkan pujian sambil melambaikan daun-daun palma dan menghamparkan jubah menyambut Kristus ketika memasuki kota Yerusalem. Tetapi tak lama waktu berlalu mulut yang sama, orang yang sama, yang beberapa hari lalu meneriakkan puji-pujian bagi Kristus sekarang mereka berbalik 180 derajat memakim, menghujat, menghina Kristus bahkan menginginkan darahNya tertumpah bahkan lebih mengerikan lagi mereka menginginkan kematian dengan cara yang paling hina yaitu ‘DISALIBKAN’.

Kristus yang mereka elu-elukan sebagai Raja sekarang mereka tuntut untuk mati sebagai penjahat, Kristus yang mereka elu-elukan sebagai Mesias sekarang mereka sumpahi sebagai penyesat dan penghujat Allah. TanganNya yang dulu mereka rindukan untuk menjamah mereka dan memberikan kesembuhan sekarang mereka hendak pakukan di tiang salib

Betapa menyesakkan dan menggenaskannya situasi ketika itu, waktu terus berlalu, zaman berganti zaman, abad berganti abad akan tetapi kenangan akan peristiwa itu tetap bisa didapati bahkan ditemukan dalam masyarakat saat ini atau mungkin di dalam diri kita.

Hingga saat ini tak terbilang jumlahnya orang yang beranggapan Dia pantas memperoleh semua hukuman, celaan dan hujatan seperti itu. Dia memang pantas menerima itu semua.

Yesaya 53 : 3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.

Hingga saat ini dan entah sampai kapan berapa berapa banyak lagi orang yang menghindariNya karena mereka pikir Dia layak mendapatkannya. Sehingga mereka ikut-ikutan melakukan hal yang sama dengan orang banyak di Yerusalem di tahun silam.

Yesaya 53 :4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya , dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah .

Kenyataan yang sulit untuk diterima justru diperlihatkan dengan gamblang dalam peristiwa penyaliban Kristus, mengapa ? Karena justru orang-orang yang punya status rohaniawan baik itu ahli taurat maupun orang Farisi lah yang menjadi pelopor dan pengajur massa untuk menjatuhi hukuman mati kepada Yesus.

Seharusnya mereka peka dan mengerti bahwa Yesus tidak bersalah, akan tetapi seperti itu bukan saja dilakukan oleh mereka dimasa lalu, dimasa kinipun masih bisa dijumpai orang-orang yang tidak lebih dari ahli Taurat dan orang Farisi, demi ambisi pribadi, ambisi kolompok atau golongan mereka telah mencampakkan nilai-nilai kebenaran.

Seharusnya mereka membawa suasana damai jauh dari permusuhan, membimbing orang melakukan kebaikan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Seharusnya orang-orang yang ada disekitar rumah Allah adalah orang-orang yang membawa terang dan pengaruh baik bagi sekitarnya tetapi justru yang sebaliknyalah yang terjadi.

Pilatus menggunakan agama untuk kepentingan politiknya dan Ahli Taurat beserta orang Farisi menggunakan politik untuk kepentingan jubah agamanya.

Apakah kita sama dengan mereka ? Seolah-olah kita sedang melayani Kristus tetapi yang terjadi sesungguhnya kita melayani diri kita sendiri dan memperalat pelayanan untuk kepentingan pribadi atau jangan-jangan tanpa disadari sedang memperalat Tuhan untuk kepentingan diri.

Bahkan ada orang yang mengatakan percaya kepada Kristus tapi sesungguhnya sedang menista Dia. Saat mereka dengan pongahnya berkata bahwa mereka percaya dan memiliki hidup kekal tapi dalam kehidupannya tak perduli dengan segala perintah dan kemauan Tuhan. Tak peduli dengan kebenaran Firman Tuhan 'Yang penting saya percaya dan masuk sorga'

Kita sibuk dengan ibadah dan nyanyian-nyanyian yang sesungguhnya hanya untuk memuaskan emosi tanpa mau memahami dan mengenal pribadi yang empunya diri kita.

Biarlah ditengah hingar-bingarnya orang-orang merayakan/mengenang Kematian dan Kebangkitan Kristus dengan cara atau agenda masing-masing gereja maupun kelompok kita masih punya waktu untuk merayakan/mengenai Kematian dan Kebangkitan Kristus secara pribadi dalam arti sebenar-benarnya. Sehingga makna Kematian dan Kebangkitan Kristus yang benar tidak terlewatkan begitu saja.

“Dia mati bagi kita supaya kita hidup bagi Dia”

“Selamah PASKAH, Dia sudah bangkit kuburNya kosong supaya hati kita terisi”







Jumat, 01 Januari 2010

Tahun Baru 2010 (sebuah ungkapan hati)



Tulisan ini ditulis secara khusus ditulis untuk kel. besar Op. Sarmauli & orang-orang yangberminat untuk membacanya)


Dari kecil, kebiasaan itu sudah diperkenalkan. Saat semua kawan mengadakan acara tahun baru dengan pernak-perniknya saya dengan sangat terpaksa mengikuti acara keluarga. Duduk, menyanyi, berdoa hingga akhirnya tiba pada saat yang tidak mengenakkan. Satu persatu semua yang hadir diminta untuk menyampaikan isi hati, buat yang masih kecil mengucapkan selamat Tahun baru sudah dirasa cukup tapi yang sudah cukup besar dan beranjak remaja maupun dewasa kata-kata itu belum cukup.


Yach itulah suatu rutinitas yang biasa kami lakukan dan juga dilakukan oleh hampir semua orang batak pada malam tahun baru. Berkumpul bersama keluarga besar untuk saling mengkoreksi, menasehati dan mendoakan walau kadang kala saya merasakan acara tersebut kadang terasa berubah menjadi sebuah ajang menyalahkan, menyerang dan membanggakan pihak tertentu.


Waktu terus berlalu hingga saat ini tahun sudah berganti menjadi tahun 2010. Sesuai dengan bertambahnya usia dan status lajang menjadi berkeluarga, saya telah mengalami perubahaan pemikiran tentang pentingnya kebersamaan di malam tahun baru. Lebih penting dan bermakna dibandingkan dengan gemerlapnya acara tahun baru di hotel berbintang maupun sekedar bakar-bakar ikan ataupun aktifitas yang lain. Keluarga besar kami bertambah seiring dengan semakin banyaknya lae dan pariban yang berkeluarga sehingga masing-masing mempunyai acara tersendiri.


Kepergian mama ditahun 2009 cukup merubah situasi, biasanya mama menjadi pihak yang paling bersemangat, mengingatkan dan mengkordinir kami untuk bertahun baru bersama dan melakukan tradisi yang dahulu saya anggap kuno dan membosankan tetapi sekarang menjadi waktu-waktu yang sangat istimewa bisa betatap muka dengan orang-orang yang saya kasihi, saling menguatkan, menghibur dan mendoakan. Dahulu sungut-sungut, sekarang saya lebih mengerti arti air mata suka cita dan keharuan.


Adakah saya mengalami kemunduran karena memandang penting arti acara tahun baru model seperti itu ataukah saya mengalami kemajuan karena bisa menghargai kebersamaan dan nilai-nilai penting yang terkandung di dalamnya ?


Selama mama masih ada hampir tidak pernah kami melewati malam tahun baru tanpa kebersamaan. Saat ini saya bersyukur karena abang menjadi pengganti yang pas untuk memimpin acara tersebut. Tahun 2009 yang lalu sekalipun keluarga Festus tidak bisa bersama karena tinggal di Medan dan Ito sudah berkeluarga sehingga ber-tahun baru dengan keluarga besar lae, abang dan keluarga minus kakak sedang menjaga Tulang di Tebing yang sedang sakit, kami berkumpul bertahun baru di Serang Banten.


Tahun ini 2010, abang sekeluarga (Abang, kakak, Helga dan Niko) bertahun baru di Tebing Tinggi, kel Festus di Medan, kel Raphael di Pamulang dan kami di Serang. Sekalipun demikian saya sungguh bersyukur karena Lae, Ito dan Raphael (bere-ku) bermalam dan ber-Natal di tempat kami.


Hari itu 31 Desember 2009, saat pulang dari kantor saya mendapati terompet tahun baru yang pagi itu dibeli oleh istriku, “Buat dibunyiin nanti malam” sahutnya dengan antusias. Saya hanya terseyum mendengar ucapannya. Setelah mandi dan berkemas saya berangkat ke pabrik untuk mengikuti acara tahun baru (setelah meminta ijin untuk tidak bisa hadir di pertemuan pelayan gereja, tahun depan saya harus mengikutinya).


Tiba kembali dirumah suasana sepi terasa sekali tahun baru kali ini, tidak ada orang tua, tidak ada abang, adik, ito dan anak-anak/bere. Tapi saya memuji Tuhan karena ada seorang istri yang menemani dan penyertaan Tuhan yang nyata dan saya beryukur sekalipun istri saya bukan datang dari suku batak yang tidak terbiasa dengan tradisi 'kuno' tersebut.


Dia mengingatkan untuk berjaga sampai waktu menjelang pukul 00:00. Akhirnya sekalipun kami hanya berdua, lagu pujian. pengakuan dosa, ucapan syukur dan doa-doa tetap kami naikkan dan tentu saja tak terlewatkan ritual mandokk hata antar kami berdua tetap berjalan. Puji Tuhan.


Teringat acara sejenis dari tahun ke tahun yang pernah saya ikuti bersama dengan seluruh keluarga besar hingga saat ini hal itu sulit terwujud lagi, terucap di doa kiranya kami masing-masing tetap saling mengasihi dan tinggal di dalam kasihNya.


Selamat Tahun baru Abang Pa Helga, kakak Mama Helga, Helga, Niko, Pa Festus, Mama Festus, Festus, Lae Pa Raphael, Ito Mama Raphael, Raphael, Kel. Tulang Rempoa, Kel Tulang Lenteng, Kel Tulang Rinci, Kel. Tulang Boni, Lae dan pariban. Mudah-mudahan di tahun baru 2010 bukan hanya slogan di bibir bahwa kita memaafkan tapi juga di tindakan nyata. Lupakan segala ego dan harga diri biarlah kita menyadari kita tidak lebih dari orang lain dan kita juga orang yang penuh dengan kekurangan. Kita seperti sekarang ini hanya oleh karena kemurahan dan kebaikan Tuhan bukan karena kita mampu atau kita lebih baik dan lebih kita lebih dari yang lain.

Segala kemuliaan bagi Allah dalam Kristus Tuhan.


Selamat Natal 2009 & Tahun baru 2010