Kamis, 20 Mei 2010

True Story 'mobil nabrak tembok'

True Story 'mobil nabrak tembok'

Pagi itu saya bergegas menuju ke mobil dan meluncur cepat untuk menjemput beberapa kawan menuju ke tempat pekerjaan. Setelah beberapa kawan masuk ke mobil saya baru sadar bahwa saya masih mengenakan celana pendek untuk bekerja. Hari ini istri sang penolong tidak ada di rumah karena ada kegiatan di tempat lain sehingga tidak ada yang mengingatkan dan mempersiapkan pakaian untuk saya bekerja.

Segera saya panik karena menyadari waktu yang ada tinggal tersisa sedikit kalau untuk kembali ke rumah mengganti celana, tapi dalam waktu yang sempit itu saya mengambil keputusan untuk kembali ke rumah. Mulailah bagaikan adegan sang jagoan yang memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi saya peragakan. Dengan berzigzag dan membuat jantung berdegup kencang setiap penumpang mobil semakin cepat dipacu. Di suatu belokan mobil bukannya melambat tapi justru semakin dipacu sehingga mobilpun sebagian sisi terangkat dan ban menghasilkan bunyi nyaring 'ciiitt.....'

Seorang kawan di dalam mobil berkomentar 'Itulah para suami tidak tahu dan tidak bisa kalau istri tidak ada, terlalu manja bergantung kepada istri' tapi saya tidak lagi sempat menjawab karena terus berkonsentrasi mengendarai mobil yang betuk-betul sedang membuat jantung berdegup kencang.

Jalanan semakin padat dan ini berati memperlambat perjalanan hingga dalam hitungan detik saya mengambil keputusan untuk memutar arah untuk mengambil jalan pintas, dan terjadilah sambil menekan pedal gas kemudian menarik rem tangan sambil memutar kemudi, mobil berputar arah 180 derajat 'citt........' hampir semua orang di sisi jalan melihat dan terheran-heran lebih-lebih penumpang berpegangan erat dan menjerit 'Wah.... pak.......sudah gak usah kebut-kebutan lagi '. Mobil berguncang hebat dan berbalik arah kemudian saya membelokkan arah ke jalan pintas dan ternyata kami memasuki sebuah jalan yang masih dalam perbaikan.

Jalan itu memang sudah mulus tapi ketegangan yang lebih besar sudah menanti di depan, jalan tersebut masih menyisakan satu selokan besar kurang lebih dua meter yang belum ada jembatannya. Laju kendaraan sudah terlanjur sangat cepat dan tidak mungkin untuk di hentikan dengan rem, kalau itu dilakukan maka ada kemungkinan mobil akan terperosok ke dalam selokan. Dengan nekat, saya menekan pedal gas semakin dalam dan mobil melaju dengan kecepatan maksimal, semua penumpang berteriak ketakutan 'Tolong...... gila kamu pakk' dan mobil terbang bagaikan mobil bus di film speed terbang melewati jembatan tol yang terputus. Mobil terbang dan 'brukkkkk' terjatuh di seberang jalan dan membanting semua orang yang ada di dalamnya dan terus melaju dengan bergetar hebat. Saya berusaha mengendalikannya tapi ternyata belum cukup kengerian ini berakhir di depan ada sebuah tembok dan mau tidak mau saya harus menginjak rem sampai mentok dan memegang erat kemudi. 'Ciiittttt Bruk...' suara ban dan suara benturan terdengar mobilpun berhenti. Kami semua turun dengan berkeringat dingin, sambil kawan-kawan bersungut-sungut dan memaki. Saya segera bergegas memeriksa kendaraan dan mendapati kaca spion patah dan hilang, bemper depan ringsek dan kaca depan sebagian besar retak. Saya pucat dan tertunduk lesu membayangkan kerugian besar yang saya harus derita apalagi ini adalah mobil satu-satunya dan hampir tidak mungkin menjualnya dengan harga yang pantas. Saya terpekur dan menyesali diri sambil berharap semoga ini hanya sekedar mimpi.

Mudah-mudahan ini cuma mimpi bukan sebuah kenyataan, dan seketika saya tersadar dan bangun dari tidur, hati saya lega ternyata saya sedang duduk di kursi panjang dan ada beberapa orang bersama saya dalam sebuah antrian, karena lama menunggu maka saya tertidur. Sesaat itu juga saya bangun dari tidur asli saya dan bersyukur kalau saya sedang mimpi. Rupanya saya mimpi di dalam mimpi. Saya mimpi sedang duduk antri kemudian tertidur dan bermimpi mengendarai kendaraan.

Tidak ada komentar: