Kamis, 07 Juni 2012

Masa yang penuh kemudahan

Sekarang zaman yang penuh dengan kemudahan, dulu kalau kita ingin membuat kopi maka kita harus memanaskan air hingga benar-benar panas(mendidih) setelah itu baru kita masukkan kopi bubuk sekarang cukup air hangat masukkan kopi instant aduk sebentar dan beres… tersedia dan siap diminum.


Saya masih ingat waktu masih kecil kalau ingin membuat photo maka kita hanya bisa menunggu tukang photo keliling tiba di kampung (jaman dulu walaupun di Jakarta daerah saya tetap di bilang kampung) setelah sesi pemotretan hasilnya ga bisa langsung dilihat tunggu beberapa hari lagi kalau tukang photo kelilingnya datang baru bisa dilihat.

Dari bangun pagi sudah ga sabaran nunggu tukang photo datang, waktu datang langsung ga sabaran mau ngelihat tak ketinggalan tetangga yang lain juga mau ikutan lihat. Sekarang wah…. udah ga jaman yang kayak gituan, pakai photo digital ga perlu nunggu seminggu untuk lihat hasilnya, malah kalau hasilnya kurang bagus bisa di hapus dan berphose lagi.

Itulah sebabnya kadang-kadang saya merasa kasihan sama tukang photo di obyek wisata karena hampir semua orang yang datang kesitu sudah pegang tustel sendiri-sendiri, bawa handycam apalagi sekarang handphone aja sudah ada fasilitas photo. Sesekali saya bersedia di potret oleh mereka walaupun saya percaya mereka berjuang untuk tidak dikasihani.

Kalau mau makan sudah ga kehitung banyaknya yang serba instan, saya masih ngerasain nimba air, mompa air (pakai pompa kodok) tapi sekarang tinggal tekan stop kontak air mengalir. Kalau hari sudah mulai malam siap-siap mompa petromax. Nyuci baju udah ada mesin cuci nonton tv denger musik cukup duduk ditempat ga perlu bolak-balik ganti channel atau balikin kaset cukup tekan remote control. Kalau perlu semua peralatan tinggal pencet tombol aja.

Sekarang semua serba listrik, ampun dech kalau pln sering mati serasa semuanya macet. ga berjalan normal, sebentar aja listrik mati ampun mana tahan apalagi kalau 1 hari 2 hari…. Semaput rasanya.

Sebenernya ga perlu di anjurin pemerintahan saya juga sudah berhemat listrik karena harus disesuaikan dengan kondisi kantong tapi bagaimana mana dong dengan lampu-lampu reklame yang terangnya gila-gilaan apa ga lebih baik dimatiin kalau udah jam 12 malam belum lagi reklame yang pakai layar raksasa (TV), terus lampu merah juga kan bisa dimatiin untuk hemat listrik.

Sebenarnya saya nulis ini bukan untuk ngomongin hemat listrik tapi ya itu tadi tentang kemudahan-kemudahan yang ada di jaman sekarang. Tapi percaya ga sekalipun semuanya serba mudah tidak berarti kualitas hidup semakin baik. Memang sebagian besar iklan menawarkan kehidupan yang berkualitas, tapi berkualitas yang bagaimana ?

Iklan-iklan menawarkan berbagai tawaran dengan mengatakan kalau pakai mobil tertentu hidup semakin berkualitas, tinggal di apartement/perumahan tertentu hidup akan semakin berkualitas, makan di tempat tertentu, cara pembayaran dengan cara tertentu dan masih banyak tawaran yang menawarkan kualitas. 'Apakah dengan semua fasilitas yang kita miliki menandakan hidup kita sudah berkualitas ?'

Kita bisa lihat dan rasakan hidup sesungguhnya berat bahkan sangat berat. Tidak selamanya orang yang kaya itu berbahagia malah ada ada orang kaya yang menderita karena kekayaannya.

Kalau kita mau sadari sesungguhnya kemudahan-kemudahan yang ada sekarang seharusnya membuat kita menjadi hemat waktu (mempunyai waktu yang lebih untuk hal-hal penting lain) sebagai contoh seharusnya kita bisa menggunakan waktu kita untuk belajar, berkomunikasi dengan keluarga dan terlebih lagi berkomunikasi dengan Tuhan khususnya melalui saat teduh pribadi. Tetapi pada kenyataannya kita selalu kekurangan waktu atau tepatnya tidak punya waktu untuk berkomunikasi atau duduk tenang bersama dengan Tuhan. Jadi akhirnya yang perlu kita sadari sebenarnya bukan masalah ada waktu atau tidak waktu akan tetapi masalah kebutuhan dan prioritas. Apakah Tuhan itu prioritas terutama dan terpenting atau prioritas ke sekian ?

Kalau kita menyadari bahwa kita ini bukan siapa-siapa dan kita tak dapat berjalan sendiri tentu kita sadar bahwa kita tidak bisa berbuat apa-apa diluar Dia dan tanpa Dia maka saya percaya DIA adalah prioritas tertinggi di dalam hidup kita.

Seringkali saya mendapati Dia tidak menjadi prioritas, ketika bangun pagi hari tidak segera mengambil keputusan untuk duduk diam bersaat teduh dengan Dia. Saya merasa malu dengan beberapa kawan yang tidak seiman selalu memprioritaskan menghadap Tuhannya sebelum mereka menjalankan seluruh aktifitas kehidupan mereka.

Rumah orang tua saya tepat berhadap-hadapan dengan surau (mushola), waktu kecil saya juga tumbuh di rumah yang tidak jauh dari surau, saya sering memperhatikan pagi-pagi buta mereka dengan tekun sudah memulai aktifikasnya bersama dengan Tuhan mereka.

Adakah saya, adakah kita orang percaya juga bisa menempatkan DIA diatas segala-galanya bukankah DIA meminta kita untuk mengasihiNya dengan segenap hati dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi kita. Dengan kata lain seluruh hidup kita seharusnya berpusat kepada DIA.

Malu saya untuk mengakui bahwa sepanjang kehidupan Kristen saya sejak saya bertemu dengan DIA secara pribadi pada awal Juli tahun 1985 hanya beberapa waktu terakhir saja saya berusaha untuk setia pada jam-jam saat teduh, ah kalau saja saya boleh mengulang waktu-waktu yang telah lampau ingin rasanya melewati hari-hari tersebut dengan memulainya bersama dengan Tuhan.

Tidak tahukan kita bahwa DIA selalu sabar menanti kita untuk menemuinya di dalam doa kala pagi hari ataupun waktu yang lain dan dengan sabar Dia menanti kita untuk mencurahkan isi hati kita kepadaNya ketimbang kita mencurahkan isi hati kita kepada teman-teman atau orang-orang yang kadang cuma bisa mengatakan ‘saya doakan’ akan tetapi kemudian dilupakan karena kesibukannya masing-masing. Ketika kita hendak istirahat DIA pun rindu untuk mendengar celotehan kita?

Kita sering berjanji kepada Tuhan dan tak terhitung janji kita tapi kita sering mendapati belum lama janji kita diucapkan sebentar kemudian kita sedang mendapati janji tersebut sedang dilanggar. Mari berjanjilah setia kepada Tuhan pada hal sederhana yang tak tampak oleh orang lain yaitu saat teduh maka percayalah kita akan mendapati hidup dalam pengiringan akan Tuhan akan semakin indah dan bermakna.

In Christ
Sampe Manullang