Senin, 17 September 2012

Sang Musafir


The Pilgrim's Progress adalah sebuah tulisan yang dihasilkan di dalam sebuah penjara. Jhon Bunyan adalah seorang penginjil dalam sejarah gereja Inggris yang terus memberitakan Injil yang murni dengan penuh keberanian. Atas sikapnya yang berani dan tidak mau kompromi dengan filsafat dunia dan ajaran dunia beserta kenikmatannya dia harus mengalami dinginnya penjara. Atas perintah raja Inggris waktu itu dia dijebloskan ke dalam penjara.

Tetapi itu tidaklah membuat kasih dan semangatnya dalam melayani Raja segala raja menjadi kendor, sekalipun geraknya dibatasi, mulutnya tidak bisa menyampaikan kabar berita baik kepada orang banyak dia tidak merasa dibatasi untuk menyampaikan kabar baik itu. Hal tersebut terbukti dengan tulisan Pilgrim's Progress yang dibuatnya dalam penjara yang telah menjadi berkat dan pengajaran penting tentang ke Kristenan.

Jhon Bunyan telah dipanggil pulang oleh pencipta dan penebusnya akan tetapi tulisannya masih terus menjadi berkat bagi banyak orang termasuk sampai kepada saya pribadi yang hidup puluhan tahun setelah dia meninggal.

Cerita yang ditulis dalan bukunya ini adalah kisah perjalanan seorang musafir yang menjadi Kristen, pada awalnya dia dilanda rasa kegelisahan dan ketakutan akan ancaman kebinasaan yang akan diterima olehnya dan seluruh penduduk desanya.

Kesan saya tentang sang musafir di awal cerita adalah : Musafir sepertinya adalah seorang yang sangat egois, dia tidak memperdulikan orang lain, dia hanya memikirkan dirinya sendiri hal ini dapat dilihat ketika dia sepertinya tidak perduli lagi kepada keluarganya. Musafir tetap pergi dari rumahnya meninggalkan keluarga, istri dan anak-anaknya. Dia tidak memperdulikan teriakan istri dan anak-anaknya yang memohon dengan sangat agar dia tidak pergi. Seluruh penduduk kampung berusaha mencegah dia untuk pergi akan tetapi sepertinya dia tidak lagi perduli akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Dia hanya memikirkan keselamatan dirinya sendiri dan tidak perduli dengan keluarganya.

Apa yang menyebabkan dia bertindak seperti itu ? Dia merasa jiwanya terancam, seluruh kampung terancam termasuk keluarganya. Dia ingin menyembunyikan ancaman itu tetapi dia tidak dapat, akhirnya dia memberitahu kepada istri dan anak-anaknya bahwa mereka terancam akan binasa oleh hukuman dan malapetaka, seluruh kampung terancam dan mengajak mereka untuk pergi meninggalkan kampung tersebut. Tetapi apa jawab istri dan anak-anaknya ? Mereka menganggap Musafir sedang tidak sehat, depresi dan kacau, bila dibawa tidur maka dia akan baik-baik lagi.

Bagi istri dan anak-anaknya apa yang dirasakan oleh musafir hanyalah sebagai perasaan konyol. Mereka baik-baik saja, sejahtera. Penduduk kampung yang lain juga tidak melihat ada sesuatu yang salah dan mengancam mereka. Sehingga tidak ada satu alasanpun yang bisa mendorong mereka untuk pergi meninggalkan segala kenyamanan dan kesontasaan dikampung itu.

Kisah ini menggambarkan perjalanan hidup sang musafir secara rohani. Ketika musafir memutuskan pergi meninggalkan seluruh desa dan keluarganya tentu bukan bermaksud meninggalkan dalam arti sempit yaitu meninggalkan kewajibannya dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, pencari nafkah atau sebagai seorang suami dan ayah.

Ketika dia memutuskan pergi dan meninggalkan semuanya itu berarti dia pergi dan meninggalkan segala kesenangan dan nilai dunia untuk mendapatkan sesuatu yang sangat bernilai. Saking bernilainya tujuan yang dia sedang tuju maka tidak ada satu kenikmatan dan nilai apapun juga yang sanggung menahan dia untuk tidak pergi keluar dari kampung itu  dan meninggalkan semua termasuk keluarganya.

Saya teringat akan kata-kata Kristus 'Jika ada orang hendak mengikutKu tetapi tidak membenci ayahnya, ibunya atau apapun saja maka dia tidak layak bagiKu' Hal tersebut sangat jelas tergambar dalam ekspresi dan dialog musafir yang berkali-kali menekankan kemuliaan yang kelak akan dia peroleh tidak sebanding dengan kemuliaan apapun juga yang ada didunia ini. Tersirat apa yang dikatakan oleh Paulus 'Segala sesuatu ku anggap sampah jika dibandingkan dengan kemuliaan Kristus'.

Di dalam cerita selanjutnya digambarkan oleh Jhon Bunyan perjalanan sang musafir tidaklah mudah tetapi banyak kesulitan dan penderitaan 'Siapa yang tidak memikul salib dan menyangkal diri, dia tidak layak bagiKu' demikian Kristus berkata. Dalam perjanalan sang musafir dia juga mengalami kegagalan, kesombongan, malas dan tidak waspada. Ada banyak tempat yang diibaratkan dengan keadaan dunia, diantaranya rawa patah semangat, jalan mendaki, jalan menurun. jalan lebar, jalan sesak dan sempit. Ada juga penggambaran tentang singa yang mengaum-ngaum, pertempuran melawan iblis. Selain itu ada juga tokoh penginjil, juru tolong, si penurut, si degil, si budak hukum, tuan hikmat duniawi dan lain-lain.

Saya bersyukur setelah lama mencari buku ini, akhirnya daftar buku pribadi saya bertambah. Buku ini sangat baik untuk dibaca, tentu dalam terang Firman Tuhan. Kalau tidak kita akan gagal dalam menemukan makna dan berkatnya sebagaimana diawal saya katakan tentang sang musafir yang seolah-olah egois dan tidak bertanggung jawab. Untuk mendapatkan berkat lebih banyak lagi silahkan membaca buku ini, ada banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kalau anda ingin mendapatkannya tapi tidak tahu dimana dengan senang hati saya akan membantu. Tuhan memberkati.


Kamis, 07 Juni 2012

Masa yang penuh kemudahan

Sekarang zaman yang penuh dengan kemudahan, dulu kalau kita ingin membuat kopi maka kita harus memanaskan air hingga benar-benar panas(mendidih) setelah itu baru kita masukkan kopi bubuk sekarang cukup air hangat masukkan kopi instant aduk sebentar dan beres… tersedia dan siap diminum.


Saya masih ingat waktu masih kecil kalau ingin membuat photo maka kita hanya bisa menunggu tukang photo keliling tiba di kampung (jaman dulu walaupun di Jakarta daerah saya tetap di bilang kampung) setelah sesi pemotretan hasilnya ga bisa langsung dilihat tunggu beberapa hari lagi kalau tukang photo kelilingnya datang baru bisa dilihat.

Dari bangun pagi sudah ga sabaran nunggu tukang photo datang, waktu datang langsung ga sabaran mau ngelihat tak ketinggalan tetangga yang lain juga mau ikutan lihat. Sekarang wah…. udah ga jaman yang kayak gituan, pakai photo digital ga perlu nunggu seminggu untuk lihat hasilnya, malah kalau hasilnya kurang bagus bisa di hapus dan berphose lagi.

Itulah sebabnya kadang-kadang saya merasa kasihan sama tukang photo di obyek wisata karena hampir semua orang yang datang kesitu sudah pegang tustel sendiri-sendiri, bawa handycam apalagi sekarang handphone aja sudah ada fasilitas photo. Sesekali saya bersedia di potret oleh mereka walaupun saya percaya mereka berjuang untuk tidak dikasihani.

Kalau mau makan sudah ga kehitung banyaknya yang serba instan, saya masih ngerasain nimba air, mompa air (pakai pompa kodok) tapi sekarang tinggal tekan stop kontak air mengalir. Kalau hari sudah mulai malam siap-siap mompa petromax. Nyuci baju udah ada mesin cuci nonton tv denger musik cukup duduk ditempat ga perlu bolak-balik ganti channel atau balikin kaset cukup tekan remote control. Kalau perlu semua peralatan tinggal pencet tombol aja.

Sekarang semua serba listrik, ampun dech kalau pln sering mati serasa semuanya macet. ga berjalan normal, sebentar aja listrik mati ampun mana tahan apalagi kalau 1 hari 2 hari…. Semaput rasanya.

Sebenernya ga perlu di anjurin pemerintahan saya juga sudah berhemat listrik karena harus disesuaikan dengan kondisi kantong tapi bagaimana mana dong dengan lampu-lampu reklame yang terangnya gila-gilaan apa ga lebih baik dimatiin kalau udah jam 12 malam belum lagi reklame yang pakai layar raksasa (TV), terus lampu merah juga kan bisa dimatiin untuk hemat listrik.

Sebenarnya saya nulis ini bukan untuk ngomongin hemat listrik tapi ya itu tadi tentang kemudahan-kemudahan yang ada di jaman sekarang. Tapi percaya ga sekalipun semuanya serba mudah tidak berarti kualitas hidup semakin baik. Memang sebagian besar iklan menawarkan kehidupan yang berkualitas, tapi berkualitas yang bagaimana ?

Iklan-iklan menawarkan berbagai tawaran dengan mengatakan kalau pakai mobil tertentu hidup semakin berkualitas, tinggal di apartement/perumahan tertentu hidup akan semakin berkualitas, makan di tempat tertentu, cara pembayaran dengan cara tertentu dan masih banyak tawaran yang menawarkan kualitas. 'Apakah dengan semua fasilitas yang kita miliki menandakan hidup kita sudah berkualitas ?'

Kita bisa lihat dan rasakan hidup sesungguhnya berat bahkan sangat berat. Tidak selamanya orang yang kaya itu berbahagia malah ada ada orang kaya yang menderita karena kekayaannya.

Kalau kita mau sadari sesungguhnya kemudahan-kemudahan yang ada sekarang seharusnya membuat kita menjadi hemat waktu (mempunyai waktu yang lebih untuk hal-hal penting lain) sebagai contoh seharusnya kita bisa menggunakan waktu kita untuk belajar, berkomunikasi dengan keluarga dan terlebih lagi berkomunikasi dengan Tuhan khususnya melalui saat teduh pribadi. Tetapi pada kenyataannya kita selalu kekurangan waktu atau tepatnya tidak punya waktu untuk berkomunikasi atau duduk tenang bersama dengan Tuhan. Jadi akhirnya yang perlu kita sadari sebenarnya bukan masalah ada waktu atau tidak waktu akan tetapi masalah kebutuhan dan prioritas. Apakah Tuhan itu prioritas terutama dan terpenting atau prioritas ke sekian ?

Kalau kita menyadari bahwa kita ini bukan siapa-siapa dan kita tak dapat berjalan sendiri tentu kita sadar bahwa kita tidak bisa berbuat apa-apa diluar Dia dan tanpa Dia maka saya percaya DIA adalah prioritas tertinggi di dalam hidup kita.

Seringkali saya mendapati Dia tidak menjadi prioritas, ketika bangun pagi hari tidak segera mengambil keputusan untuk duduk diam bersaat teduh dengan Dia. Saya merasa malu dengan beberapa kawan yang tidak seiman selalu memprioritaskan menghadap Tuhannya sebelum mereka menjalankan seluruh aktifitas kehidupan mereka.

Rumah orang tua saya tepat berhadap-hadapan dengan surau (mushola), waktu kecil saya juga tumbuh di rumah yang tidak jauh dari surau, saya sering memperhatikan pagi-pagi buta mereka dengan tekun sudah memulai aktifikasnya bersama dengan Tuhan mereka.

Adakah saya, adakah kita orang percaya juga bisa menempatkan DIA diatas segala-galanya bukankah DIA meminta kita untuk mengasihiNya dengan segenap hati dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi kita. Dengan kata lain seluruh hidup kita seharusnya berpusat kepada DIA.

Malu saya untuk mengakui bahwa sepanjang kehidupan Kristen saya sejak saya bertemu dengan DIA secara pribadi pada awal Juli tahun 1985 hanya beberapa waktu terakhir saja saya berusaha untuk setia pada jam-jam saat teduh, ah kalau saja saya boleh mengulang waktu-waktu yang telah lampau ingin rasanya melewati hari-hari tersebut dengan memulainya bersama dengan Tuhan.

Tidak tahukan kita bahwa DIA selalu sabar menanti kita untuk menemuinya di dalam doa kala pagi hari ataupun waktu yang lain dan dengan sabar Dia menanti kita untuk mencurahkan isi hati kita kepadaNya ketimbang kita mencurahkan isi hati kita kepada teman-teman atau orang-orang yang kadang cuma bisa mengatakan ‘saya doakan’ akan tetapi kemudian dilupakan karena kesibukannya masing-masing. Ketika kita hendak istirahat DIA pun rindu untuk mendengar celotehan kita?

Kita sering berjanji kepada Tuhan dan tak terhitung janji kita tapi kita sering mendapati belum lama janji kita diucapkan sebentar kemudian kita sedang mendapati janji tersebut sedang dilanggar. Mari berjanjilah setia kepada Tuhan pada hal sederhana yang tak tampak oleh orang lain yaitu saat teduh maka percayalah kita akan mendapati hidup dalam pengiringan akan Tuhan akan semakin indah dan bermakna.

In Christ
Sampe Manullang

Senin, 05 Maret 2012

Penjahat yang tersalib


Satu waktu saya mendengarkan sebuah khotbah yang menyinggung salah seorang penjahat yang tersalib bersama dengan Tuhan Yesus Dalam khotbahnya beliau mengatakan kalau seandainya di sorga ada aula/bangsal mungkin penjahat yang bertobat itu akan ditempatkan disana dasarnya adalah karena dia setelah bertobat tidak berbuat apapun buat Tuhan Yesus atau tidak memberikan sumbangsih buat kerajaan Allah, begitu kira-kira yang saya tangkap. Berikut renungan paskah saya ditahun 2012 berkisar tentang penjahat yang bertobat tersebut.

Di suatu bukit yang panas dimana matahari memancarkan sinar teriknya dan debu yang bertebaran, di suatu bukit yang sulit untuk didaki tampaklah orang banyak berkerumun, hampir sebagian besar dari mereka menampilkan wajah yang penuh dengan kemarahan dan kebencian. Beberapa dari antara mereka mengenakan jubah-jubah kebesaran yang menandakan kalau mereka bukan dari kalangan biasa, beberapa adalah para tentara yang terdiri dari perwira dan prajurit, dan sebagian besar lagi adalah orang biasa.

Tetapi mereka mempunyai satu kesamaan yaitu diliputi oleh kemarahan dan kebencian yang memuncak, siapakah mereka, dari mana mereka berasal dan mengapa mereka demikian marah dan benci ? Siapakah yang menjadi sasaran kemarahan dan kebencian mereka ?

Imam Yahudi atau para ahli Taurat dan orang Farisi sebenarnya adalah dua kelompok yang punya hubungan tidak harmonis akan tetapi kemudian mereka bersatu untuk melawan dan menghukum Tuhan Yesus yang mereka anggap mengancam posisi mereka, sekalipun mereka tidak menemukan kesalahan pada Tuhan Yesus tetapi mereka kemudian menghasut rakyat dan mendesak pimpinan poltik ketika itu Ponsius Pilatus untuk menjatuhi hukuman mati kepada Tuhan Yesus.

Ponsius Pilatus tidak menemukan kesalahan dan alasan untuk menjatuhi hukuman akan tetapi karena dia takut akan terjadi pemberontakan dan diadukan kepada kaisar bahwa ia ingin melawan kaisar maka dia mengabulkan keinginan orang banyak untuk menjatuhi hukuman mati dengan menggunakan kekuatan politik dan militer yang ia punya. Ia tidak mau dianggap melawan kaisar sehingga posisinya bisa digeser atau mungkin disinggkirkan oleh kaisar.

Para kaum rohaniwan ketika itu menggunakan kuasa agama untuk menyingkirkan Tuhan Yesus, Ponsius Pilatus menggunakan kuasa politik dan militer untuk menyelamatkan dirinya dan menghukum Tuhan Yesus sementara orang banyak berhasil di hasut dan diprovokasi bahwa Tuhan Yesus adalah penipu masyarakat yang memberi harapan kosong bahkan penyesat dan penghujat Allah ketika mengatakan diriNya adalah Anak Allah yang dalam pemahaman Yahudi itu mempersamakan diri dengan Allah.

Orang banyak merasa tertipu oleh Tuhan Yesus semula mereka berpikir Dia lah raja yang dinanti nantikan Dia lah pahlawan yang dirunggu tunggu untuk membebaskan Isarel dari penjajahan Romawi. Semula mereka menyanjung-nyanjung akan tetapi sekarang mereka berbalik dan memusuhi Tuhan Yesus dan menginginkan kematianNya.

Mulai dari dini hari mereka hingga siang hari mereka turun kejalan keluar dari rumah mereka masing-masing berkumpul di depan kediaman Ponsius Pilatus dibawah pimpinan ahli-ahli agama melakukan demonstrasi besar-besar menuntut agar Ponsius Pilatus menjatuhi hukuman mati kepada musuh nomor satu dan musuh bersama yaitu Tuhan Yesus.

Jika anda anda pernah berada ditengah-tengah demontrasi besar-besaran seperti ini anda akan mengerti situasi yang terjadi. Suasana begitu riuh, makian, umpatan, hujatan, sumpah serapah bersahut-sahutan, setiap kali pemimpin melakukan orasi dan meneriakkan yel-yel maka akan terjadi suasana seperti sebuah paduan suara sumbang yang sangat besar meneriakkan tuntutan yang sama “Mati, mati, mati ' itulah tuntutan yang diteriakkan dengan keras seolah-olah tenggorakan mereka tidak pernah merasa kering' Saya yakin suasananya lebih berkali-kali lipat dibandingkan dengan ketika saya ada ditengah tengah demo besar-besaran para buruh.

Akhirnya tuntutan mereka berhasil, akhirnya perjuangan mereka membuahkan hasil. Pilatus sebagai pemimpin militer dan politik yang berkuasa mengabulkan tuntutan mereka untuk menjatuhkan hukuman mati atau sekalipun Pilatus tidak bersedia memenuhi keinginan mereka, maka mereka bertekad untuk melakukan pemberontakan dan huru hara untuk memaksakan tuntutan tersebut.

Suara sorak-sorai kemenangan yang bersahutan terdengar dan mulailah lautan manusia itu bergerak menggelandang Tuhan Yesus sebagai pesakitan menuju eksekusi hukuman mati ke bukit Gologa. .Semua aktifitas lain berhenti di kota itu, semua orang bersatu untuk melihat tokoh itu, mereka berdesak-desakan berdiri di bagian terdepan dan mengambil posisi yang strategis di sepanjang jalan yang dilalui oleh gelombang unjuk rasa itu.

Entah itu hanya sekedar melihat atau ingin ikut menghujat, mencemooh. Rombongan berjalan dengan lambat karena banyaknya orang dan jalan yang mendaki belum lagi banyak orang yang masuk ke dalam lintasan jalan baik hanya untuk melihat dengan jelas maupun meludahi, melempari dengan apa saja yang bisa dilempar. Para tentara sibuk menertibkan kerumunan orang dan orang-orang yang memenuhi jalan agar rombongan bisa lewat.

Sesekali rombongan terhenti karena orang-orang yang berdesakan sementara Kristus dengan letih kehabisan tenaga dan kesakitan terus berjalan terseok-seok sambil memikul kayu yang besar dan berat untuk penyalibanNya. Sebelum dijatuhi hukuman mati tubuhNya telah habis diremuk redamkan dan disiksa disesah oleh tentata romawi itulah sebabnya Dia terjatuh beberapa kali di jalan mendaki dan penuh dengan bebatuan. Setiap kali Dia terjatuh orang banyak berteriak kegirangan. Suatu pemandangan yang sangat memilukan, sehingga beberapa orang tidak tahan dan beberapa perempuan menangis iba.

Kuatir kalau Tuhan Yesus tidak kuat lagi berjalan dan mati diperjalanan karena memilkul kayu salib besar itu maka para tentara Romawi memaksa Simon dari Kirene untuk membantu mengangkat kayu tersebut. Ketika tempat penyaliban di bukit golgota sudah mulai terlihat jelas, suara hingar bingar orang banyak semakin keras.

Akirnya tibalah rombongan tersebut di tempat tujuan, diiringi siksaan dan penghinaan yang luar biasa pakaianNya dilucuti, Dia ditelanjangi di depan umum dan pakaianNya dibuang undi oleh para tentara. Paku yang besar dipersiapkan dan kemudian menghujam keras menembus tangan dan kaki bahkan menembus kayu yang digunakan untuk menyangga tubuhNya.

Kayu salib perlahan-lahan terangkat dan ketika berdiri sempurna orang-orang bersorak-sorai puas sebagai tanda kemenangan. Matahari bertambah tinggi dan sinarnya mulai menyengat, luka yang menganga lebar semakin membuat kesakitan belum lagi pelan-pelan tapi pasti tubuhNya bergerak turun dan tertahan di pergelangan tangan yang terpaku,

Satu pemandangan yang menyayat, Allah pencipta turun ke dalam dunia, Sang pencitpa masuk ke dalam ciptaanNya, ketika Dia masuk, Dia masuk di dalam kandang binatang, ketika Dia mati, Dia diperlakukan seperti binatang. Oh Tuhan Yesus kenapa Engkau rela menjalani itu semua ?

Tapi cukupkah itu ? Tidak! Ada hal lain yang membuat sakit, yaitu cacian, hujatan, umpatan belum lagi murid-murid yang mengatakan bahwa mereka akan setia telah meninggalkan Dia bahkan seorang diantaranya bersedia mati bagiNya telah menyangkaliNya. Keadaan yang paling menyedihkan dan memilukan lebih dari semua itu adalah ketika Dia berteriak 'Allahku Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku'

Di bawah salib hanya terdapat beberapa orang yang masih mau menemaniNya di antara banyak orang yang melawan Dia. Suara suara penghinaan terdengar dan diantara suara-suara itu terdengar juga dengan jelas suara-suara hujatan dari ke dua penjahat di sampingNya. 'Jika Engkau Anak Allah selamatkan diriMu dan kami'.

Didalam kondisi tak berdaya Dia tetap tegar, didalam kondisi terhina Dia sabar, dalam kondisi teraniaya dan dipermalukan Dia tidak risau bahkan bersikap agung dan penuh belas kasihan diantaranya Dia mengatakan 'Ya Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat'.

Pada saat dia tergantung diatas kayu salib bersama dengan Tuhan Yesus ada dua orang penjahat yang lain, mula-mula seorang penjahat yang bersama dengan penjahat yang lain itu mengatakan kata-kata yang mengejek Tuhan akan tetapi kemudian lambat-lambat salah satu dari dua penjahat tersebut memperhatikan dan tergugah oleh kesadaran bahwa Orang ini tidak bersalah Orang ini adalah Orang yang agung Orang ini adalah Orang benar, Orang ini bukan manusia biasa, Orang ini benar seperti pengakuanNya bahwa Dia adalah Anak Allah, Dia adalah Allah sendiri. Kalau bukan mana mungkin di dalam kondisi seperti ini Dia bisa bersikap demikian. Hanya Allah yang mampu dan berhak mengampuni, hanya Allah yang bisa seperti ini.

Dia menyadari dirinya dan keadaannya, dia menyadari bahwa dia orang berdosa yang layak untuk dihukum akan tetapi Tuhan Yesus adalah pribadi yang benar yang tidak layak untuk mendapat hukuman seperti mereka.

Terlintas sebagian tulisan Khalil Gibran dalam benak saya

(Oh Yesus, Engkau, di atas salib, adalah lebih mulia dan berharga daripada seribu raja-raja di atas seribu tahta dari seribu kerajaan.
Engkau, dalam sengsara kematian-Mu, lebih kuat daripada seribu panglima dalam seribu peperangan. Dengan kesedihan-Mu, Engkau lebih berbahagia daripada musim semi dengan bunga-bunganya. Dengan penderitaan-Mu, Engkau lebih berani untuk diam daripada malaikat-malaikat surgawi yang menangis.
Di hadapan para penyesah-Mu, Engkau lebih teguh daripada gunung batu.
Mahkota duri-Mu lebih cemerlang dan mulia daripada mahkota yang paling indah sekalipun. )

Lalu keluarlah kalimat yang perlu kita dengar dari satu penjahat yang tersalib kepada penjahat yang lain dan kalimat itu juga pantas ditujukan kepada kita 'Tidak patut kita mengatakan hal-hal yang mencela Dia, kita layak menerima ganjaran atas perbuatan kita tapi Orang ini Dia adalah Orang benar Dia tidak patut menerimaNya'

Orang ini mengerti bahwa dia berada ditempat yang benar yaitu mati karena pelanggaran dan dosa yang telah dia buat akan tetapi Tuhan Yesus ? Dia tidak sepatutnya menerima hukuman dan berada di bukit tengokak untuk tersalib. Sehingga ia pun menegor penjahat yang lain 'Janganlah kita berkata demikian lagi. kita memang pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti ini akan tetapi tidak dengan Dia (Yesus). Yesus tidak bersalah'.

Sebuah pengakuan yang fenomenal, sebuah kesadaran yang luar biasa, kenapa saya katakan luar biasa ? Karena ada begitu banyak orang yang tidak menyadari kesalahannya, lihatlah para penjahat, lihatlah para koruptur, lihatlah disekitar kita terlalu banyak orang brengsek terlalu banyak orang yang kurang ajar bahkan mungkin kitalah orangnya yang sekalipun nyata-nyata bersalah masih merasa diri benar, yang nyata-nyata berdosa masih berpura-pura saleh yang nyata-nyata berjinah beetingkah suci yang nyata-nyata menipu Allah masih berani melayani Dia yang nyata-nyata memberontak masih berani berkata setia serta kemunafikan-kemunafikan yang terlalu banyak untuk ditulis dan dibicarakan.

Bukankah ini akibat dari dosa ? Adam dan Hawa merasa diri benar. Adam berkata Hawa lah yang menyebabkan dia bersalah, Hawa berkata ularlah yang menjadi gara-gara, dia tidak bersalah, bahkan Adam mempersalahkan Tuhan, Adam dan Hawa tidak merasa bersalah. Orang-orang Isreal berkata kepada Tuhan 'Dengan apakah kami menipu Engkau, dengan cara bagaimanakah kami memberontak terhadap Engkau ?'

Bukan hanya Adam dan Hawa, bukan hanya orang Israel hampir semua orang termasuk saya, termasuk banyak orang Kristen dan pelayan Tuhan yang demikian. Betapa memilukannya sikap kita bagi Tuhan, itulah sebabnya Tuhan Yesus sangat keras dan sengit kepada orang-orang yang demikian. Kepada Siapakah sikap Tuhan yang paling sengit dan keras ? kepada penjahat ? kepada pelacur ? kepada pemungut cukai ?

Bukan sekali lagi bukan, tetapi kepada orang-orang yang merasa diri bersih, kepada orang-orang yang mengaku melayani kepada orang orang yang merasa suci tidak berdosa kepada orang orang yang ada di wilayah rohani kepada orang orang di sekitar bait Allah kepada orang orang yang melayani di bait Allah lihatlah kemarahanNYa di Bait Allah, lihatlah sikapNya kepada orang orang Farisi dan Imam-imam kepala.

Dengarlah kecamannya kepada orang orang yang merasa diri hebat melayani Tuhan dalam Mat 7 :21-22 Sungguh ironis bukan ? lalu bandingkan sikap kita semua dengan sikap penjahat yang kita pikir tidak sebanding dengan kita yang merasa telah memberi sumbangsih bagi Kerajaan Sorga.

Dia menyadari dosanya, dia mengakui kesalahannya, banyakkah orang yang seperti ini ? Tidak banyak Adam sulit mengakuinya, Hawa tidak menyadarinya dan terus bertahun-tahun, berabad-berabad puluhan orang, ribuan, jutaan bahkan bermiliar-miliar manusia termasuk kita didalamnya tidak merasa sebagai orang berdosa, kadang kita masih bisa berbangga diri sebagai orang benar dibandingkan orang lain.

Setelah itu dengan sisa tenaga dan kekuatannya dia berkata kepada Tuhan Yesus 'Yesus ingatlah akan aku apabila Engkau kembali sebagai Raja' Raja ? Yesus akan kembali sebagai raja ?. Coba perhatikan dan dengar kalimat pengakuannya sekali lagi ''Yesus ingatlah akan aku apabila Engkau kembali sebagai Raja''.

Bagi kita kalimat ini adalah kalimat biasa, kalimat umum bahkan kalimat yang keluar dengan deras dan sendirinya keluar tanpa pengertian dan makna yang dalam, ada berapa banyak lagu yang berisi kata-kata Kaulah Raja, Kaulah Raja segala raja yang kita nyanyikan dan katakan dengan kosong, enteng dan tanpa kegentaran sama sekali. Sehingga kalimat ini menjadi kalimat yang enteng dan sembarangan keluar dari mulut kita tanpa rasa dan sikap hormat.

Tidak salahkan kalimat penjahat ini? Bagaimana mungkin dia bisa mengakui bahwa Yesus adalah Raja justru pada saat Dia sedang tertawan, bagaimana mungkin dia bisa berkata bahwa Yesus adalah Raja justru saat tidak ada satu kuasa dan kekuatanpun yang dapat dibuktikan. Tidak ada bala tentara yang kelihatan tidak ada seorang pelayanpun yang tampak tidak ada kemegahan dan kemenangan,

Pada saat itu Yesus seperti seorang pecundang, pesakitan, terhina seperti binatang. Tidak ada kemuliaan, tidak ada kemegahan tidak ada apapun yang dapat dibanggakan tapi penjahat ini justru dapat berkata dan mengakui bahwa Yesus adalah Raja. Kalau bukan karena anugerah Tuhan tidak mungkin bisa dan tidak mungkin pernah ada iman dan pengakuan seperti ini.

''Yesus ingatlah akan aku apabila Engkau kembali sebagai Raja''. Pengakuan lain yang lebih menggetarkan hati saya adalah pengakuan fenomenal 'Kalau Engkau kembali'. Pada saat itu Yesus berada di ambang kematian tetapi penjahat ini mempunyai iman yang mengagumkan menerobos ke masa depan menerobos ke dalam kekekalan. Dia percaya bahwa kematian tidak akan menghalangi Yesus untuk bangkit dan hidup kembali sebagai Raja yang akan datang.

Murid-murid pun masih sulit untuk mengerti hal ini bahkan ketika Yesus sudah bangkit sebelum Ia terangkat ke Sorga mereka masih meminta Yesus untuk memulihkan kerajaan Israel saat itu, mereka masih belum paham akan kedatangannYa kembali kelak sebagai Raja yang sesungguhnya.

Kalimat pengakuan iman penjahat ini bergema dengan keras disepanjang zaman, bahwa Dia adalah Raja yang akan kembali. Kubur tidak sanggup manahan kebangkitannya, maut kehilangan sengatnya Yesus akan kembali sebagai Raja.

Kalimat yang sederhana seperti juga tindakan 'bodoh' bagi murid-murid ketika seorang perempuan memboroskan minyak wangi yang begitu mahal hanya untuk meminyaki tubuh Yesus dari kepala sampai kaki dan kemudian menyeka kaki Yesus dengan rambutnya tapi justru Tuhan Yesus memuji perempuan itu dan berkata bahwa dimanapun Injil diberitakan maka apa yang diperbuat oleh perempuan itu akan terus diingat.

Kiprah penjahat tersebut memang sangat singkat, dia harus mati setelah itu tapi mungkin dialah orang pertama memperoleh jaminan pasti secara langsung dari Tuhan Yesus bahwa pada saat itu juga dia bersama dengan Tuhan Yesus di Firdaus.

Saya tidak berani menganggap enteng pernyataannya dan teladannya, siapakah saya ? Beranikah saya menganggap penjahat ini tidak Allah anugerahkan sesuatu untuk berkontribusi bagi kerajaan Allah ?

Pikiran saya terbang kembali pada satu saat saya mendengar seorang pendeta berkata 'mungkin penjahat yang disalib bersama dengan Tuhan Yesus hanya akan menempati sebuah aula atau bangsal di sorga nanti'. Mungkinkah ? Apakah saya lebih baik dan lebih berkontribusi dari pada dia ? Saya tidak tahu, hanya Allah yang tahu dan mung

Biarlah kita dengan rendah hati menyadari bahwa kita adalah orang-orang yang sebenarnya tidak layak memperoleh anugerahNya tidak ada satupun kebanggaan dan kebolehan untuk menjadi percaya kecuali oleh karena anugerahNya

Selamat Paskah 2012

Sampe Manullang