Selasa, 16 September 2008

Liburan ke Bali -Lombok


Desember 2005 adik saya menelpon dan memberitahu ada tiket gratis Air Asia 'mau ke Bali ga? ' katanya, 'Gratis ??' apa ada jaman sekarang yang gratis.... pikir saya dan tapi karena dia menyakinkan bahwa itu benar ditambah pengalaman beberapa temannya akhirnya saya setuju dengan membayar sekitar 160rb berdua untuk terbang Agustus 2006. 160rb juga tercatat untuk administrasi dan pajak tapi 160ribu berdua bo... pulang-pergi jakarta bali kebayang ga? naik mobil aja ga akan mungkin segitu.




Waktu terus berlalu dan terus terang saya ga bisa berani ngomong ke orang lain karena yakin pasti banyak yang ga percaya lah saya sendiri ga percaya apalagi orang lain, begitu dekat bulan Agustus 2006 cuti diambil ga ngomong ke banyak orang takut nantinya ga jadi, tetapi udah persiapan cari info penginapan, info daerah yang akan dituju.

Harinya pun tibalah, titip mobil di bengkel teman, berangkatlah ke bandara pakai bus. Di bandara masih deg2x kalau ternyata harus bayar lagi, ternyata bener tiketnya segitu. Sebelum berangkat beberapa teman guyon 'Bener bayarnya segitu tapi turun nya nanti ditendang dari pesawat'.

Saya juga ga percaya sebelum saya bener2 di pesawat nyampe di Bandara Ngurah Rai. Tiba di Bali sudah malam langsung pesan mobil (taksi tidak resmi) bayar 50rb ke arthawan di Popies Lane II semalam tarifnya Rp.40.000,- Untuk tarif segitu lumayan kamar mandi dalam pakai fan dan bersih lokasi dekat tugu peringatan bom bali.




Besoknya menuju denpasar ke tempat saudaranya nyonya yang sudah lama tidak berjumpa di daerah Center Art. Oleh kemurahan hati mereka kami dipinjamkan motor selama ada Bali. Bagusnya sdh bikin SIM jadi kami selama di Bali, ke kuta, sanur, bahkan ke bedugul pakai motor... asiknya naik motor berduaan.... bener-bener asik. Di bali hampir tidak ketemu kontainer lalu lintas relatif aman dan sekalipun baru pertama kali muter2 Bali ga usah takut kesasar karena banyak petunjuk jalan yang jelas.


Dibali semua pengendara motor harus pakai helm bahkan banyak dijumpai orang yang masih tetap pakai ke di pasar, di tokok-toko ada juga yang pakai helm di restoran (gimana makannya nya.... oh rupanya pesennya dibungkus...)

Selain ke Bali hari ke tiga kami bulatkan hati nyebrang ke Lombok dengan tujuan Pulau Gili Trawangan. Pakai travel ke pelabuahan padang bae. Jadi nyebrang laut pakai fery terus berkendara sampai ke lembar dari lembar naik perahu motor kecil ke Gili Trawangan. Dalam romobongan cuma kami yang turis lokal selebihnya bule semua.
Suasana malam di Gili Trawangan sungguh berkesan rencananya mau makan di resto apa daya akhirnya makan nasi bungkus.. harganya bo.. mahal2 banget maklum saat itu sedang high season bagi orang bule jadi harganya disesuaikan dengan harga bule... seingat kami cuma kami yang lokal (ga ketemu lokal lain) Sayang waktu terbatas jadi cuma semalam di Gili besoknya langsung balik ke Lombok photo sebentar di Senggigi beach malamnya balik lagi ke Jakarta.
Jalan-jalan berdua sang kekasih yang tak terlupakan.

Pulau Gili Trawangan tempatnya bagus ingat film2 barat tentang pulau terpencil yang indah belum terjamah oleh polusi dan natural. Di sana tidak ada kendaraan bermotor. Nginap di satu penginapan 60.000 semalam

(bersambung)

Rabu, 10 September 2008

Helga 30 September




Helga namanya.. tetapi dia bukan orang Jerman ataupun Eropa dia orang asli Indonesia tetpatnya orang Batak.. (jangan malu ya Helga..) Buat sebagian besar bangsa Indonesia tanggal 30 September tercatat dengan tinta gelap atau mungkin merah karena sejak tahun 1965 tanggal tersebut selalu mengingatkan akan catatan kelam bangsa ini dengan peristiwa G30S PKI tetapi tidak bagi keluarga besar kami karena pada tanggal tersebut lahirlah seorang bayi perempuan mungil yang mengubah banyak hal dalam keluarga kami dan mengenang tanggal tersebut justru keluarlah ucapan syukur kepada Tuhan.

Nama papa mamanya berubah nama ompungnya (neneknya) juga berubah mereka berhak memakai lebel Bapak Helga, Mama Helga dan Opung Helga, kami pun sekarang mempunyai panggilan khas sebagai Bapak Uda, Inang Uda, Namboru dan Amagboru.

Ada saat-saat mengkhawatirkan ketika usia batita ketika kami merayakan Natal dia menderita sakit dan nyata pertolongan Tuhan ketika dia boleh melewatinya dengan baik.

Saat ini dia telah menginjak remaja dan perasaan bangga saya rasakan ketika dia mulai terjun dalam pelayanan sekolah minggu seperti Bapak dan Inang Udanya.

Tidak terasa dia sudah mulai remaja dari seorang anak kecil yang menjadi pengiring pengantin ketika saya menikah hingga sekarang sudah menjadi rekan pelayanan walaupun di gereja yang berbeda. Setiap ada kesempatan saya selalu melibatkan dia dalam pelayanan yang saya lakukan di sekolah minggu.

Besar harapan saya dia bisa bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan dan dapat mengalami kasih dan anugerah Tuhan Yesus dalam hidupnya. Teruslah melayani dan tetap semangat bukan karena ikut-ikutan tapi layanilah Tuhan dengan tulus percayalah jerih payahmu tidak akan sia-sia I Kor 15:58

Selamat Ulang Tahun Helga Tuhan memberkatimu