Kamis, 11 Maret 2010

PASKAH 2010


SALIBKAN DIA, SALIBKAN DIA

Kalimat ini bergema berulang-ulang di dalam pikiran saya ketika memikirkan makna Paskah tahun ini. Ya, itulah teriakan-teriakan sadis dan tak mau peduli yang keluar dari mulut hampir semua orang yang berkumpul ketika Yesus sedang diadili. Mereka tidak mau tahu apakah tuduhan para imam-imam kepala/orang-orang Farisi itu benar demikian, bahkan mereka tidak mau peduli ketika Pilatus mengatakan ‘Aku tidak menemukan kesalahan pada orang ini’ dan ketika Pilatus menawarkan untuk melunakkan orang-orang tersebut dengan memberikan pilihan apakah Yesus ataukah Barabas yang mereka pilih untuk bebas, mereka tetap bersikeras kalau Yesus harus disalibkan dan memilih Barabas sang penjahat itu untuk bebas.

Ya mereka lebih memilih kebengisan dari pada kedamaian, mereka lebih memilih kejahatan dari pada kebaikan. Mereka terus meneriakkan kalimat yang sama ‘Salibkan Dia, salibkan Dia’ bahkan mungkin mereka berteriak lebih keras setiap kali Pilatus mulai membujuk orang banyak untuk melepaskan Kristus.

Benarlah apa yang dinubuatkan oleh Yesaya bahwa Dia bagaikan anak domba kelu yang dibawa ke pembantaian, tidak dibiarkan membuka mulutnya dan terus dihujat, dicerca, diancam dan dimaki.

Tetapi yang jauh lebih pahit dan menyakitkan adalah sebuah kenyataan bahwa mereka yang berteriak-teriak tak terkontrol itu dan seperti ‘kesetanan’ itu adalah sebagian besar juga yang berseru-seru ‘Hosana hosana terpujilah Dia’ mereka bersahut-sahutan meneriakkan pujian sambil melambaikan daun-daun palma dan menghamparkan jubah menyambut Kristus ketika memasuki kota Yerusalem. Tetapi tak lama waktu berlalu mulut yang sama, orang yang sama, yang beberapa hari lalu meneriakkan puji-pujian bagi Kristus sekarang mereka berbalik 180 derajat memakim, menghujat, menghina Kristus bahkan menginginkan darahNya tertumpah bahkan lebih mengerikan lagi mereka menginginkan kematian dengan cara yang paling hina yaitu ‘DISALIBKAN’.

Kristus yang mereka elu-elukan sebagai Raja sekarang mereka tuntut untuk mati sebagai penjahat, Kristus yang mereka elu-elukan sebagai Mesias sekarang mereka sumpahi sebagai penyesat dan penghujat Allah. TanganNya yang dulu mereka rindukan untuk menjamah mereka dan memberikan kesembuhan sekarang mereka hendak pakukan di tiang salib

Betapa menyesakkan dan menggenaskannya situasi ketika itu, waktu terus berlalu, zaman berganti zaman, abad berganti abad akan tetapi kenangan akan peristiwa itu tetap bisa didapati bahkan ditemukan dalam masyarakat saat ini atau mungkin di dalam diri kita.

Hingga saat ini tak terbilang jumlahnya orang yang beranggapan Dia pantas memperoleh semua hukuman, celaan dan hujatan seperti itu. Dia memang pantas menerima itu semua.

Yesaya 53 : 3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.

Hingga saat ini dan entah sampai kapan berapa berapa banyak lagi orang yang menghindariNya karena mereka pikir Dia layak mendapatkannya. Sehingga mereka ikut-ikutan melakukan hal yang sama dengan orang banyak di Yerusalem di tahun silam.

Yesaya 53 :4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya , dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah .

Kenyataan yang sulit untuk diterima justru diperlihatkan dengan gamblang dalam peristiwa penyaliban Kristus, mengapa ? Karena justru orang-orang yang punya status rohaniawan baik itu ahli taurat maupun orang Farisi lah yang menjadi pelopor dan pengajur massa untuk menjatuhi hukuman mati kepada Yesus.

Seharusnya mereka peka dan mengerti bahwa Yesus tidak bersalah, akan tetapi seperti itu bukan saja dilakukan oleh mereka dimasa lalu, dimasa kinipun masih bisa dijumpai orang-orang yang tidak lebih dari ahli Taurat dan orang Farisi, demi ambisi pribadi, ambisi kolompok atau golongan mereka telah mencampakkan nilai-nilai kebenaran.

Seharusnya mereka membawa suasana damai jauh dari permusuhan, membimbing orang melakukan kebaikan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Seharusnya orang-orang yang ada disekitar rumah Allah adalah orang-orang yang membawa terang dan pengaruh baik bagi sekitarnya tetapi justru yang sebaliknyalah yang terjadi.

Pilatus menggunakan agama untuk kepentingan politiknya dan Ahli Taurat beserta orang Farisi menggunakan politik untuk kepentingan jubah agamanya.

Apakah kita sama dengan mereka ? Seolah-olah kita sedang melayani Kristus tetapi yang terjadi sesungguhnya kita melayani diri kita sendiri dan memperalat pelayanan untuk kepentingan pribadi atau jangan-jangan tanpa disadari sedang memperalat Tuhan untuk kepentingan diri.

Bahkan ada orang yang mengatakan percaya kepada Kristus tapi sesungguhnya sedang menista Dia. Saat mereka dengan pongahnya berkata bahwa mereka percaya dan memiliki hidup kekal tapi dalam kehidupannya tak perduli dengan segala perintah dan kemauan Tuhan. Tak peduli dengan kebenaran Firman Tuhan 'Yang penting saya percaya dan masuk sorga'

Kita sibuk dengan ibadah dan nyanyian-nyanyian yang sesungguhnya hanya untuk memuaskan emosi tanpa mau memahami dan mengenal pribadi yang empunya diri kita.

Biarlah ditengah hingar-bingarnya orang-orang merayakan/mengenang Kematian dan Kebangkitan Kristus dengan cara atau agenda masing-masing gereja maupun kelompok kita masih punya waktu untuk merayakan/mengenai Kematian dan Kebangkitan Kristus secara pribadi dalam arti sebenar-benarnya. Sehingga makna Kematian dan Kebangkitan Kristus yang benar tidak terlewatkan begitu saja.

“Dia mati bagi kita supaya kita hidup bagi Dia”

“Selamah PASKAH, Dia sudah bangkit kuburNya kosong supaya hati kita terisi”