Minggu, 05 Juli 2009

Selamat Datang Raphael




Minggu 05 Juli 2009 jam 06:02. Rasa kantuk masih kuat saya rasakan ketika suara HP yang diletakkan di ruang tengah berbunyi, percakapan penutup pertemuan team pelayan perjamuan kudus tadi malam cukup hangat dan kalau ingin diikuti terus mungkin akan selesai lebih larut lagi, maklum 3 hari lagi pilpres akan dilaksanakan. Kawan-kawan terpecah pendapat dalam hal menentukan pilihan.

Kembali suara HP berbunyi, dan seolah-olah berbunyi bertambah nyaring dari biasanya, segera saya mengambil sarung dan berbegas menjawab panggilan tersebut. Nomor yang kurang familiar tapi segera saya mendengar suara lae Silitonga disebrang sana. ‘Lae, kami sudah ada di RS, Ros sudah bukaan dua. Tolong bantu doa ya lae’ ‘Ok sabarlah, ito mana ?’ begitu sahut saya.

Segera lae memberikan HPnya kepada ito, dan terdengarlah suaranya ‘Aduh ito… sakit… sakit banget’. ‘Sabar ya to, ini saat yang kita harapkan dan nantikan, harapkan kehadirannya dengan suka cita, dan semua orang yang akan melahirkan mengalami hal yang sama nanti kami akan ke sana setelah ibadah‘ begitu sahutku berulang-ulang. Karena saya tidak tahu mau bicara palagi lagi maka HP saya berikan kepada istri untuk dia melanjutkan percakapan dengan eda nya. Sementara saya mempersiapkan diri hendak mandi terdengar dia berbicara dengan eda nya mengatakan beberapa hal agar eda nya sabar, minum teh manis hangat supaya ada kekuatan.

Sambil mandi saya bersyukur kepada Tuhan karena sebentar lagi adik saya akan melahirkan. Teringat percakapan terkahir dia sudah tidak sabar dan cape nunggu kelahiran bayinya. “Ngomong aja kepada anakmu, bere/keponakan itu supaya cepat keluar dan jangan lama-lama di dalam kandungan, diluar lebih enak dan ada mama, papanya juga tulang/nantulangnya yang pengen ketemu’ begitu kata saya.

Menurut rencana kalau belum ada kemajuan atau tanda-tanda melahirkan, dokter sudah membuat perencanaan hari Rabu 8 Juli 2009 pagi pada hari pilpres, dia akan di induksi atau dirangsang untuk melahirkan, tetapi mudah-mudahan sebelum hari Rabu dia sudah melahirkan.

Segera setelah itu saya menghubungi adik saya Papi Festus di Medan untuk memberi kabar mengenai hal itu dan menganjurkan dia untuk menhubungi itonya. ‘Oke bang, saya akan hubungi’ sahutnya. ‘Kita akan ke Pamulang nanti siang selepas ibadah ke 2’ kata saya kepada nyonya. Sebelum berangkat ke gereja saya sempatkan menghubungi kakak Ma Helga untuk konfirmasi alamat Rumah Sakitnya. Sebelum ibadah saya masih sempat bertanya lewat sms mengenai perkembangan dan dijawab belum oleh lae.

Setelah ibadah kami tak berlama-lama di gereja segera pulang kerumah, makan dan berkemas-kemas. HP kembali berbunyi ‘Ya lae gimana ?’ Rupanya abang Pa Helga yang menghubungi ‘Ito kita sudah melahirkan tadi jam 11.40 sehat dan normal, ajaib semua berjalan lancar karena kemurahan Tuhan, bayinya 3 kg sehat. Puji Tuhan, Puji Tuhan’. ‘Baik bang kami baru saja berkemas-kemas baru pulang dari gereja sekarang makan dulu, kami segera kesana’. ‘Kamu hubungi Pak Festus ya!’ demikian dia menutup pembicaraan ‘Oke….sampai ketemu nanti’. Hubungan terputus dan saya menyampaikan berita gembira itu kepada nyonya ‘ Ito Ros sudah melahirkan jam 11.40 semua sehat dan lancar’ saya segera menghubungi berulang-ulang Pak Festus tapi HP nya tidak aktif akhirnya berita saya sampaikan via SMS dengan harapan segera terkirim begitu HPnya aktif.

Setelah makan, kamipun segera meluncur membelah kota Serang dan masuk pintu tol Serang Timur, ketika keluar di pinto tol kebun nanas Hp berbunyi lagi dan lae Silitonga memberitahukan kabar itu ‘Lae… Ros sudah melahirkan !’ ‘Ya selamat ya lae kami baru di dekat Serpong sebentar lagi nyampe, mana ito ?’ terdengar oleh saya suara adik perempuanku sudah tertawa-tawa senang ‘Wah sekarang udah bisa ketawa ya, kamu mau apa ?’ HP saya berikan kepada nyonya dan mereka bercakap-cakap. ‘Eda mau minta dibeliin martabak keju, dimana ya ada jualan martakan siang-siang begini?’. ‘Tenang di daerah sini beda dengan di Serang, di dekat sini pasti ada yang jualan martabak’. Benar dugaan saya tak jauh dari situ kami mendapati penjual martabak manis. Kemudian kami masuk ke Hypermart untuk mencari ember untuk mandiin bayi dan handuk.

Wah… lumayan juga harganya, tapi demi mengabulkan permintaan ito kalau embernya biar tulang-nya yang beliin maka langsung dibelikan. Ditengah perjalanan di pamulang 2, saya bisa menghubungi Papi Fei dan mengabarkan berita suka cita tersebut, rupanya dia baru saja tiba di Polonia dari Penang Malaysia mengingat tugasnya sebagai teknisi Lion Air. Sekitar jam 16.15 tibalah kami di daerah Witana Harja, menunggu lae sebentar dan sekitar jam 16.30 kami sudah ada di kamar Lili 2 menjumpai ito Ros Mama Raphael dan melihat simungil Raphael yang baru lahir. Mengamati Raphael,mendengar tangisannya terungkap rasa kagum dan ucapan syukur kepada Allah, teringat oleh saya seandainya mama ada di sisi kami tentulah dia sangat senang dan bahagia karena pahompu dari boru hasiannya sudah lahir.

Abang Helga bergabung bersama kami setelah dia pulang dari gereja. Semenjak pagi sampai ito melahirkan dia berjaga bersama Lae Silitonga. Kamipun semua (Bapa Helga, Mama Helga, Helga, Niko, Tulang dan Nantulangnya dari Serang, Bapak Raphael, Mama Raphael) berdoa bersama untuk mengucap syukur kepada Allah dan menyerahkan Rphael dan keluarga Lae kepadaNya, sekalipun keluarga Festus tidak bisa hadir karena masih ada di Medan tapi kami percaya merekapun sehati dengan kami dalam doa.

Kemudian Tulang/Nantulang Rinci, Wilmar dan calon istrinya serta Dodi tiba di RS, setelah bercengkarama cukup lama mereka pulang, kemudian kamipun menyusul sekitar jam 21.30 menuju Serang dan tiba jam 23.30 ‘Selamat datang Raphael, selamat buat Inang Raphael Amang Raphael. Selamat jadi Tulang/Nantulang, Selamt jadi pariban dan lae. Kasih setia Tuhan menolongmu untuk terus bertumbuh dengan sehat, kepintaran, hikmat dan menjadi kesukaan keluargamu dan menjadi kesukaan Tuhan Yesus.. Amin.

Tidak ada komentar: