Senin, 01 Desember 2008

Parkir

Entahlah kenapa saya sering dibuat jengkel oleh para tukang/petugas parkir (ada beberapa pengecualian, seperti petugas parkir di gereja saya tentunya), selebihnya hampir lebih banyak yang membuat jengkel baik itu yang resmi atau yang tidak resmi. Sering bahkan teramat sering ketika saya hendak mencari parkir batang hidung mereka tidak kelihatan bahkan saya harus ekstra hati-hati untuk memarkirkan sendiri tanpa bantuan mereka, akan tetapi ketika hendak pergi meninggalkan tempat parkir entah dimana keberadaan mereka yang terdengar hanya suara ‘pritt… prittt’ tanpa menampakkan dirinya. Cuma pas saya hendak meninggalkan tempat parkir mereka seperti punya ilmu gaib sudah ada disisi kanan pintu saya sambil meminta uang parkir. Begitu uang parkir diserahkan diapun kabur entah kemana tanpa menghiraukan saya yang masih belum dapat ke jalur jalan.

Akan terasa lebih jengkel lagi kalau ternyata saya hanya parkir sebentar untuk membeli sesuatu dan sesuatu itu tidak saya dapatkan karena tidak ada saya tetap harus membayar parkir tanpa mendapatkan pelayanan yang baik. Kadang mendapatkan karcis parkir bahkan lebih sering tidak mendapat, kalaupun mendapat karcis parkir yang diberikan asal jadi saja.

Pengalaman yang lain adalah, sering saya parkir disuatu tempat bahkan boleh dibilang hampir setiap hari dan tidak ada seorangpun petugas parkir ditempat tersebut karena memang arus lalu lintas tidak padat bahkan lengang, tapi tiba-tiba entah atas instruksi dari mana muncullah seorang petugas parkir dengan hanya mengandalkan peluit di mulutnya dan meminta biaya parkir… padahal saya sudah lebih dulu dan lebih sering saya parkir disitu.. dasar tukang parkir liar tak ubahnya seperti preman atau pemeras saja atau tak ubahnya ibarat pengemis ber-peluit.

Tapi jujur seperti saya ceritakan di atas ada pengeculian, petugas parkir ada juga yang baik dan sangat membantu, waktu saya datang mereka membantu memarkirkan kendaraaan saya dan ketika hendak pergi mereka bahkan membimbing kendaraan sampai tengah jalan dan memastikan saya mendapatkan jalur jalan. Yach mau tak mau setiap kali bertemu dengan tukang/pemeras parkir saya mencoba melatih kesabaran, dan saya sering mendapati saya belum lulus dalam kasus tukang parkir.

Parkir memang lahan basah bagi sekelompok orang termasuk bagi pemerintah daerah, di tempat-tempat tertentu lahan parkir menjadi rebutan bahkan menjadi akar persoalan dan kerusuhan. Parkir menjadi masalah yang rumit bagi kota besar khususnya akan tetapi menjadi sumber pendapatan yang tidak kecil bagi pemerintah daerah (juga bagi oknum tertentu).

Di kota Serang sepanjang pasar lama, jalanan yang sudah sering macet dibuatkan pemisah jalan, saya tidak tahu maksud pembuatan pemisah jalan tersebut ada yang mengatakan jalur khusus untuk becak, akan tetapi fungsinya saat ini tidak kelihatan malahan menurut saya jalur itu dibuat untuk pedagang kaki lima, seorang kawan mengeluh karena tokonya berada di sebelah jalur yang baru, sehingga menyulitkan kendaraan untuk memindahkan barang dari toko ke kendaraan atau dari kendaraan ke tokonya sehingga berpengaruh kepada kunjungan pelanggan ke tokonya. Sering di dapati kendaraan baik itu umum atau bukan memarkir kendaraannya disisi jalur pemisah itu dan bukan ditempat parkir yang disediakan.

Mudah-mudahan pemerintah daerah lebih bijaksana dalam menangani parkir demi kepentingan pembangunan. Menurut saya sebelum persoalan parkir di kota Serang menjadi tambah rumit lebih baik di tata sejak awal, mumpung di kota Serang belum banyak titik kemacetan, karena kedepan pasti kota ini akan lebih berkembang apalagi sekarang sudah menjadi kotamadya.


SHS

Tidak ada komentar: