Minggu, 27 September 2009

Halooo Om… boleh kenalan ga ?


Pagi itu istri saya berangkat ke gereja terlebih dulu karena ada tugas di kebaktian pagi sedangkan saya akan ibadah di kebaktian dua. Sambil menunggu untuk berangkat saya mendapat tugas dari nyonya rumah untuk beres-beres termasuk untuk mencuci pakaian. Sekalipun saya seorang pria dan seorang suami mencuci dan menjemur pakaian di hari libur bukan perkara aneh, apalagi kesibukan istri di hari Minggu pastilah sangat banyak. Hitung-hitung variasi pekerjaan tidak apalah.

Nah, ketika sedang sendirian di rumah itulah tiba-tiba HP berdering dan dilayar tertera sebuah nomor XL yang tidak dikenal. Untuk menghargai si penelepon sayapun menjawab ‘Halo selamat pagi, ada yang bisa saya bantu’ dengan nada ramah. ‘Halo… selamat pagi, ini dimana ya? ‘ demikian jawaban seorang wanita muda yang saya duga dari suaranya. ‘Saya ada di Serang Banten ini dari siapa ya dan dari mana ?’ sahut saya cukup heran karena dia bukan menjawab pertanyaan saya tapi justru mengajukan pertanyaan. ‘Saya Ika om.. dari Indramayu, saya tahu dan pernah ke Serang’ begitu jawabnya, ‘Ika mau bicara dengan siapa dan ada perlu apa, kamu umur berapa?’ demikian saya menanggapi penjelasannya dan mengajukan pertanyaan itu karena dari suaranya terdengar manja merayu dan kira-kira baru di usia remaja. ‘Ika kelas 3 SMA om.. boleh kenalan ga om? Boleh kan?’. Deg, hati saya tertegun mendengar jawaban spontan dan terus terang maksudnya menelepon.

Bagaimana tidak terpana, di saat tidak ada istri mendapat telephone dari seorang remaja dengan suaranya yang manja bahkan dengan terang-terangan dia ingin mengajak berkenalan. Terlintas dalam pikiran saya untuk melanjutkan percakapan ini, toh cuma ngobrol iseng atau ingin sekedar menggoda, apa salahnya dia ada Indramayu dan saya ada di Serang, jarak yang jauh terbentang. Tetapi sekejap hati saya mengingatkan agar tidak meladeni percakapan ini dan harus segera mengakhirinya untuk tidak memberi peluang terhadap sesuatu yang lebih lanjut lagi. ‘Maaf ya kamu salah sambung saya tidak ada waktu untuk melanjutkan’ akhirnya demikian jawab saya sambil menjauhkan HP dari telinga dan samar-samar terdengar suara ‘Yach om… masa kenalan aja ga boleh sich om..’ dan HP pun saya matikan.

Kemudian saya berpikir dan merenung, seandainya saya terus melanjutkan percakapan ini entah apa yang terjadi, bisa saja akan terjadi percakapan-percakapan lain di kesempatan berikut yang tentu akan saya lakukan tanpa sepengetahuan istri dan bisa saja membuat saya menjadi penasaran dan akhirnya berlanjut dengan copy darat.

Saya mengucap syukur kepada Tuhan karena diberi keberanian untuk segera menghentikan percakapan tersebut, kemudian saya segera berkemas-kemas ke gereja dan selesai ibadah, dalam perjalanan pulang saya menceritakan peristiwa tersebut kepada nyonya. Seperti biasa, istri saya tetap mempercayai saya, inilah salah satunya yang membuat saya berhati-hati berhubungan dengan lawan jenis yaitu kepercayaannya, apalagi dalam keseharian di pekerjaan berkomunikasi dan berhubungan dengan wanita adalah pekerjaan sehari-hari, maklum di tempat saya bekerja 90 persen adalah pekerja wanita.

Saya teringat kepada kata-kata saya sendiri yang sering saya ucapkan kepada teman-teman ‘Kalau tidak ingin kena air jangan main air atau jika tidak ingin kena api ya jangan main api’. Godaan untuk iseng-iseng dan sekedar mencoba sesuatu yang baru sebagai sebuah variasi hidup dalam pernikahan selalu datang pada saat tiba-tiba dan tidak perlu diundang oleh karena itu waspadalah dan berjaga-jagalah.

SHS

Tidak ada komentar: